cr. to Pinterest
12. Lucy yang Baik Hati
“Pagi tuan putri” Aku mengacak rambut Jumin yang masih berantakan karena baru bangun tidur itu
Sepertinya ia kelaparan makanya begitu bangun tidur ia memakan sereal langsung dari kotaknya dan duduk dilantai ruang tengah bersandar meja.
“Kau mimpi menjadi tarzan ya? Rambutmu lucu sekali” Aku tertawa melewatinya dan mengambil penyedot debu diujung ruangan
“Hei, mandi saja sana, daripada melamun. Mau panekuk madu?” Tanyaku tidak mendapat sahutan apapun dari Jumin yang masih diam menatap kosong lemari buku
Aku menggeleng dan tersenyum, setelah membersihkan ruangan dan membereskan barang yang berserakan aku menuju dapur untuk membuat panekuk madu.
Memasak panekuk madu tidak terlalu rumit ternyata. Selesai memasak aku melihat Jumin sudah lengkap dengan seragamnya namun dengan rambut yang masih basah.
“Ya ampun Jumin” Aku meletakkan piring panekuk madu dan mengambil handuk kering
“Kau mau ketombean? lalu kepalamu akan gatal sekali” Kataku mengeringkan rambutnya dengan handuk
“Aku tidak suka panekuk”
Ucap Jumin datar“Bohong sekali” Balasku
“Hehehe” Dia tertawa
“Minggu depan ujian ya?” Tanyaku masih mengusap rambut basahnya dengan handuk pelan-pelan supaya tidak kusut
“Hm” Gumamnya
“Tenang saja, semua orang juga pasti gugup kok. Tapi mereka bisa melewatinya dan mendapat hasil yang bagus kan?”
Jumin mengangkat kepalanya menatapku, tersenyum.“Misi hari ini”
Jumin membuka buku misi dan mengerutkan dahinya.“Kau tahu sudah hampir sebulan aku tidak membuka loker” Kabar Jumin
“Maka dari itu. Kau tetap harus membersihkannya” Jawabku
Jumin hanya mengangkat bahunya.
1. Membeli jus
2. Membersihkan loker
3. Menyalin catatan dari buku Taehyun
4. Bermain ke kolam renang dengan Lucy
Misi hari ini hanya ada 4, aku menulisnya tadi malam.“Semoga harimu menyenangkan”
__”
Setelah mandi sore, karena suhu menjelang malam terasa cukup dingin, aku mengenakan pakaian panjang dan kaus kaki lalu bersantai sambil membaca novel.
“Minhee" Jumin memanggilku
"Minhee!” Panggilnya lagi sambil menarik sebelah kaus kakiku, menyebalkan sekali anak ini. Ia duduk bersila di sebelahku
"Apa?" Tanyaku mau tak mau terduduk dan memasang kembali kaus kaki putih tersebut, lalu lanjut tengkurap dan ketika hendak membaca kalimat yang terputus, Jumin bersuara
"Aku mau cerita" Jawabnya seperti anak kecil
"Cerita saja, aku dengarkan" Ucapku menutup buku novel, mengubah posisi tengkurap menjadi telentang dan menatapnya
"Lucy sudah tidak menyukai Eunsang lagi" Kabarnya
"Bagus dong" Jawabku santai
'Bug' Jumin memukul perut berhargaku, tempat menampung makanan dan otot yang kuperjuangkan
"Kenapa kau memukulku?" Kesal, terlebih wajah tanpa dosa gadis itu
"Bodoh. Bagaimana aku bisa bahagia melihat sahabatku terluka" Jawabnya, aku hanya tertawa
"Terus berada bersamanya sebenarnya sudah cukup untuk menyembuhkan luka itu, dengan adanya luka dihati, tentu akan membuat kita menjadi lebih kuat" Monolog-ku, ada bagusnya membaca novel terjemahan seperti ini, kata-kataku jadi lebih bermakna
"Lucy gadis yang baik. Tapi aku tidak tahu kalau soal percintaan, apa dia akan berubah atau tidak" Jumin memainkan ujung jarinya
"Tentu, dia gadis yang baik. Buktinya ia tidak memaksakan perasaannya. Beberapa orang rela menghalalkan segala cara supaya cintanya diterima" Balasku
Kami diam sejenak, angin menghembuskan tirai putih yang menutupi setengah jendela kamar yang terbuka.
"Lucy.. Gadis baik.." Ia menggumam sendiri setengah melamun
"Bagaimana jika aku menyatakan perasaanku pada Eunsang?" Tanyanya meminta pendapat
"Silakan saja. Jika Lucy tahu kau yang mendapatkan Eunsang, dia justru akan senang. Setidaknya Eunsang bersama gadis yang ia kenali dengan baik" Aku tersenyum sambil menaikkan sebelah alis
"Jangan tersenyum seperti itu, seperti pedofilia tau" Ucapnya merebut novel ditanganku dan menutup wajahku dengan
Aku menyingkirkan novel dan menarik tangannya yang hendak beranjak pergi
"Disini saja"
Ia terheran"Aku mau mencari makanan di kulkas" Jawabnya santai
"Tidak usah" Aku mengeratkan pegangan tanganku padanya
"Aish"
Jumin mulai memposisikan dirinya telentang di sebelahku, dengan jaga jarak"Minggu depan ujian" Gumamnya, ia terlihat santai namun sedikit memikirkannya
"Belajar denganku, aku kan pandai" Ucapku menguah posisi jadi menghadapnya
"Bukan masalah itu. Aku juga pandai kalau begitu. Baru ujian akhir kok. Belum ujian kelulusan"
Ia masih sok kuat, padahal aku yakin ia tidak tenang.
"Ah, Minhee.. Dimana SMA mu dahulu?" Tanyanya tiba-tiba
Aku teringat Wonjin, Sunghoon, Minkyu dan beberapa temanku di SMA dulu.
"Jauh, SMA ku tidak berada dikota ini" Jawabku santai
“Bisakah aku bertemu denganmu?” Tanyanya antusias
Aku hanya menampilkan senyum misteriusku
“Bisa saja”“Aku penasaran bagaimana kau saat SMA” Ia tersenyum mengawang-awang
“Tapi lebih baik jangan, karena aku bersekolah di sekolah khusus laki-laki” Jelasku, ia mengangguk
“Baiklah, kita sesuai takdir saja ya?” Ucapnya memukul udara
"Lalu bagaimana kita bisa bertemu?" Tanyanya lagi, penasaran
"Rahasia Tuhan, kau tunggu saja. Kkkk~" Aku tertawa mengingat pertemuan pertamaku dengan Jumin, adalah hal yang memalukan
"Ah tidak asyik" Ia menjambak rambutku dan kabur
"Hei jangan ngambek" Kataku masih sedikit tertawa
__”
awokwoakwok ngetik apaan sih aku
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️(1) Kang Minhee - Suami dari Masa Depan
FanficSingkatnya, Minhee yang kembali ke masa SMA sang Istri untuk memperbaiki semuanya. Akankan semuanya berjalan sesuai harapan?