17- Paman dan Bibi Jeon (Minhee's p.o.v)

11 2 0
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. To : nco1.tumblr.com


17. Paman dan Bibi Jeon

Siang hari panas kering terik luar biasa seperti saat ini sangat seru jika memasak jus buah dingin dan sayuran segar.

Dua hari yang lalu aku membeli banyak sayur, entah kenapa ingin saja. Padahal belum jelas apa yang hendak aku masak dengan sayuran sebanyak ini. Jumin tidak suka sayur, tidak mungkin aku menghabiskannya sendiri. Maka dari itu aku seharian penuh mencari resep sayuran yang enak dan mudah dimasak.

Sangat bersyukur menemukan blog pribadi milik ibu-ibu berkacamata yang memiliki 2 anak itu. Berkat beliau aku mendapat banyak resep yang bisa aku praktekkan bersama Jumin tersayang.

Rencana membuat Bibimbap dan Naengmyeon sangat sempurna jika dilaksanakan saat ini juga, segera aku menyiapkan seluruh bahan dan mengajak Jumin memasak

“Jumin, ayo masak” Aku menyentuh tangannya yang sedang menonton film

“Apa? Memasak? Boleh juga, ayo” Ia segera mematikan televisi dan berjalan, sedikit antusias

Ketika sedang asyik memotong sayur dan menunggu air mendidih, aku lihat Jumin sudah tidak ada di tempatnya duduk memotong semangka.

'Ah, paling ke kamar mandi'

Dari arah ruang tamu, Jumin berlari dan segera menarik tanganku untuk masuk kamar. Wajahnya terlihat sangat panik seperti pelempar golf yang tongkatnya ikut terlempar.

“Jangan membuat suara apapun, Paman dan Bibi datang” Ucapnya setengah berbisik menjawab rasa penasaranku.
Ia mengunci pintu kamar dan meninggalkanku sendiri.

“Ya Tuhan..” Setelah mendapatkan seluruh kesadaranku, aku mengacak rambut dan jujur saja, sedikit deg-degan.

Sambil kebingungan aku hanya mondar-mandir kesana kemari, memukul dahiku pelan berharap mendapat pencerahan.

Aku cemas dengan apa yang akan gadis itu katakan kepada paman dan bibi

Ah, bukan apa-apa sih.. Aku hanya khawatir Jumin mengatakan hal-hal aneh seperti ia tinggal serumah dengan kekasihnyaㅡyaitu aku, atau ia berbicara dengan terlihat gugup sehingga membuat Paman atau Bibi curiga.

Tidak Minhee, kau harus berfikiran positif.

Tiba-tiba sebuah ide muncul ketika aku melihat kearah kalender dinding yang bergambarkan keindahan kota Seoul.

__"

     “Beres sudah” Aku tersenyum, namun tetap tidak bisa tenang.

Bisa saja paman Jeon tidak menerima tawaran itu kan?

Sayang, aku mendapat telepon dari pihak penginapan, mereka menawarkan penginapan gratis untuk pelanggan pertama” Samar-samar aku mendengar suara itu, sengaja aku menempelkan kupingku di pintu untuk mendengar semuanya.

Semoga kali ini rencanaku berhasil, kalian juga do’akan aku ya.

Benarkah? Wah kalau begitu kita tidak jadi menginap disini?” Sahut suara lainnya yang tak lain adalah bibi Jeon

Tidak masalah kok paman, bibi. Lagipula kamar sebelah atapnya bocor, jadi kalau hujan basah. Hihihi”

Bagus Jumin, gadis pintar.

Baiklah, kalau begitu kita langsung saja kesana, mau istirahat”

Final, Paman dan Bibi Jeon tidak jadi menginap disini. Aku bernafas lega namun kembali terjatuh diatas kasur setelah mengingat berapa uang yang harus aku keluarkan untuk itu.

80.000 won untuk meminta hotel memberikan promo penginapan gratis.

Setelah dirasa cukup aman, aku mengetuk pintu dari dalam kamar

“Minhee!” Jumin berlari ke arah pintu dan membukanya

Ia tertawa, aku ikutan tertawa karenanya

“Yang benar saja, aku menghabiskan 80.000 won untuk membayar penginapan itu” Ujarku cemberut

Jumin terlihat tidak mengerti
“Maksudmu?” Tanyanya
“Tidak ada penginapan yang menawarkan promo bodoh seperti itu, itu semua hanya akal-akalanku saja” Jawabku tertawa konyol

“Jadi, mereka tidak benar-benar mendapatkan penginapa gratis?” Tanyanya lagi

“Iya, itu penginapan yang aku cari di internet. Beruntung kau meninggalkan ponselmu di kamar, aku memberikan nomor pamanmu pada pihak penginapan itu dan segera memintanya untuk sedikit bersandiwara setelah aku mengirimkan uang ke rekening mereka. Ah, benar-benar” Aku mengacak rambutku

“Benarkah? Kenapa mahal sekali?” Tanyanya lagi

“Mereka menurut denganku setelah aku menyebutkan angka 80.000 won,” Balasku

“Dasar mata duitan” Cibirnya, aku hanya tertawa. Ia juga punya sifat sinis seperti itu

“Hahaha, tidak apa-apa, yang penting kita tidak jadi mati” Aku menggenggam kedua tangannya untuk kembali ke dapur dan melanjutkan kegiatan memasak

“Lagipula mungkin mereka hanya akan mengganggu kita dengan pertanyaan-pertanyaan  semalaman suntuk jika mereka benar-benar menginap disini” Lanjutku menahan tawa

“Benar sekali Pak tua”

__”

hahahaha

✔️(1) Kang Minhee - Suami dari Masa Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang