13. Dia Mengalah (Jumin's p.o.v)

16 2 0
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. to Weki Meki - I Am Me (Mood Film) #Lucy

13. Dia Mengalah

"Pagi jumin" Eunsang memindahkan kursinya kedekatku, ada untungnya juga berangkat pagi, bisa bertemu Eunsang, kkkk~

"P-pagi" Kataku kaku

"6 minggu lagi kelulusan, apa kau tidak gugup?" Tanya Eunsang, aku tersenyum

"Jalani saja, semua orang pasti gugup" Jawabku sok bijak

"Hmmm. Benar katamu" Eunsang meletakkan kedua tangannya diatas mejaku

"Kau sudah makan pagi?" Tanyanya lagi, sosok cerianya membuatku nyaman

"Sudah tadi dengan panekuk madu" Jawabku

"Nanti istirahat pertama temani aku ke kantin, mau?" Tanya Eunsang lagi

"Boleh" kataku, ia tersenyum dan mengetukkan jarinya diatas mejaku beberapa kali

"Jangan lupa" Ia mengumbar senyumnya lagi, aku balas tersenyum dan langsung memalingkan wajahku

__”

Misi hari ini hanya ada 4
1. Membeli jus
2. Membersihkan loker
3. Menyalin catatan dari buku Taehyun
4. Bermain ke kolam renang dengan Lucy
Aku menghela nafas

Saat membersihkan loker aku menemukan sebuah kotak kecil berwarna jingga dan membukanya ganas

"Wah makanan" Kataku senang
Aku segera memakannya tanpa perhitungan

"Hai Jumin!" Lucy menepuk punggungku dengan kencang sampai aku hampir tersedak makanan

"Hehehe" Tawaku meredakan rasa kaget

"Hai juga" Kataku, Lucy mencomot makanan dari kotak itu

"Enak, kapan kau beli makanan ini?" Tanya Lucy penasaran

"Oh iya, aku tidak memikirkan itu, dari siapa ya makanan ini?" Tanyaku melihat-lihat  bungkusnya, tidak menemukan tanda-tanda pemberinya

"Ah sudahlah tidak perlu dipikirkan, makan saja" Kataku acuh tak acuh

"Kau tidak ingin berterimakasih atau apa gitu?" Tanya Lucy lagi, tapi tetap mengambil kue tersebut

"Dia tidak ingin mendapat ucapan terimakasih kalau ia tidak mencantumkan namanya disini" Kataku masuk akal, Lucy hanya mengangguk angguk, tak lama setelah kami asyik makan jajanan, oknum bernama Eunsang datang lewat, langsung saja aku menarik Lucy pergi dari sini dan berusaha mengalihkan apapun tentang Eunsang dari Lucy.

Begitupun aku masih tahu diri, disini aku berdiri sebagai teman baik Lucy, dan aku memilih untuk tidak bersikap egois dengan hanya mementingkan perasaanku pada Eunsang.

"Aku tidak akan berjuang untuk Eunsang" Ucap Lucy, seperti tahu tujuanku menariknya pergi

Aku terdiam, ia tersenyum
"Bukannya aku menyerah, aku tidak boleh memaksakan perasaanku kan? Pasti dia punya seorang gadis yang disukainya, aku hanya penasaran saja. Seperti apa gadis itu.

Semoga dia gadis yang baik" Ucap Lucy panjang lebar, aku memeluknya kemudian

"Kamu hebat. Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku

"Teruslah berada disisiku, itu sudah lebih dari cukup" Ia membalas pelukanku

__”

"Minhee" Panggilku, Minhee yang sedang tiduran membaca novel tidak menyahut

"Minhee!" Aku memanggilnya lagi, ditambah menarik sebelah kaus kakinya hingga lepas

"Apa?" Tanyanya memandangku penuh tanya

"Aku mau cerita" Jawabku

"Cerita saja, aku dengarkan" Ucap Minhee menutup buku novelnya dan mengubah posisi tengkurap menjadi telentang dan menatapku

"Lucy sudah tidak menyukai Eunsang lagi" Kataku

"Bagus dong" Jawab Minhee santai

'Bug' Aku memukul perutnya, tidak kencang kok, tapi rasanya seperti memukul karung semen

"Kenapa kau memukulku?" Minhee menatapku kesal memegangi perutnya

"Bodoh. Bagaimana aku bisa bahagia melihat sahabatku terluka" Jawabku, Minhee  cengengesan

"Terus berada bersamanya sebenarnya sudah cukup untuk menyembuhkan luka itu, dengan adanya luka dihati, tentu akan membuat kita menjadi lebih kuat" Minhee bermonolog, aku mengangguk

"Bagaimana jika aku menyatakan perasaanku pada Eunsang?" Tanyaku asal

"Silakan saja. Jika Lucy tahu kau yang mendapatkan Eunsang, dia justru akan senang. Setidaknya Eunsang bersama gadis yang ia kenali dengan baik" Minhee mengakhiri perkataannya dengan senyum

"Jangan tersenyum seperti itu, seperti pedofilia tau" Kataku menutup wajahnya dengan novel

Ia hanya terkekeh dan menahan tanganku yang hendak pergi ke dapur

"Disini saja" Ucap Minhee, aku mengerutkan alis

"Aku mau mencari makanan di kulkas" Kataku masih duduk

"Tidak usah" Minhee menahan pergelangan tanganku

"Aku lapar!" Kataku masih menarik tanganku, cengkeramannya menguat

"Kau menghindariku kan?" Tanyanya menyelidik, tahu saja aku tidak tahan ditatapnya dalam waktu yang lama

"Siapa bilang? Pede sekali pria tua satu ini"
Akupun kembali duduk supaya tidak disangka salah tingkah dan hendak kabur

"Aish" Mau tidak mau aku ikut berbaring disebelah Minhee, dengan jarak 1 meter

"Minggu depan ujian" Kabarku

"Belajar denganku, aku kan pandai" Minhee memposisikan tubuhnya menghadapku

"Bukan masalah itu. Aku juga pandai kalau begitu. Baru ujian akhir kok. Belum ujian kelulusan" Jelasku, Minhee mengangguk-angguk

"Ah, Minhee.. Dimana SMA mu dahulu?" Tanyaku tiba-tiba

Minhee tersenyum
"Jauh, SMA ku tidak berada dikota ini" Jawab Minhee

“Bisakah aku bertemu denganmu?” Tanyaku dengan mata berbinar

Minhee tersenyum
“Bisa saja”

“Aku penasaran bagaimana kau saat SMA”

“Tapi lebih baik jangan, karena aku bersekolah di sekolah khusus laki-laki”

“Baiklah, kita sesuai takdir saja ya?” tambahku, ia mengangguk

"Lalu bagaimana kita bisa bertemu?" Tanyaku lagi

"Rahasia Tuhan, kau tunggu saja. Kkkk~" Minhee terkekeh, padahal tiada yang lucu

"Ah tidak asyik" Aku menjambak rambut Minhee dan pergi

"Hei jangan ngambek" Minhee berkata masih dengan sisa tawanya

__”

sebentar aku mau kencing dulu ea

✔️(1) Kang Minhee - Suami dari Masa Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang