20. Sampai Bertemu Kembali

31 2 0
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. to owner

20. Sampai Bertemu Kembali

Tugasku sudah selesai.
Kau tahu apa artinya itu? Aku harus meninggalkan Jumin sendiri kembali.

__"

     Malam ini sangat sunyi, kami mengobrol di malam hari, hanya duduk memeluk lutut sambil berbagi cerita.

Kami berada diatas ranjang, tenang saja kami tidak melakukan apapun kok.

"Kalau difikir-fikir. Kenapa kau mau mempercayaiku?" Tanyaku membahas hal yang sedikit sensitif

"Entahlah, karena tidak ada gunanya jika aku tidak percaya" Jawab Jumin santai
ia seperti menulis-nulis sesuatu diatas sprei dengan jari telunjuknya

"Jumin"
Panggilku
Ia menoleh

"Seperti ini terus ya? Hidup sehat, semangat belajar, punya teman baik. Janji?"
Jumin tersenyum, aku mengambil tangannya, menautkan kelingkingku pada miliknya

"Janji. Kau juga harus berjanjiㅡ" 
Aku menatapnya, menunggunya melanjutkan kalimat

"ㅡJangan biarkan aku mati"
Bagai tertimpa batu besar, hatiku mendadak sakit.

"Iya Jumin, tentu saja. Aku akan terus bersamamu, ada untukmu. Aku janji"
Ia tersenyum haru

"Jumin, kapan terakhir kau menangis?" Tanyaku tiba-tiba merubah topik pembicaraan

"Aku lupa, sepertinya saat gigiku dicabut deh, hihihi" Jawab Jumin terkekeh, aku tersenyum

"Kalau aku pergi apa kau akan menangis?"
Jumin bergerak mendekat.

"Eumm" Ia cemberut, meraih lenganku
"Jangan begitu. Kau masih lama kan disini?" Tanyanya memeluk lenganku erat

Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan

Ternyata seberat ini meninggalkannya

"Senang rasanya bisa berbagi udara denganmu" Kataku mengusap rambutnya

"Aku ingin tidur di lenganmu seperti ini saja"
Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahuku dengan tetap memeluk lengan kananku

"Apa yang akan kau lakukan di masa depan? Kan tidak ada aku" Tanya Jumin dengan suara pelan

"Aku akan terus bersama denganmu, tenang saja" Jawabku singkat

Jumin tersenyum, mengerlingkan matanya, manis

"Yang benar? Kalau begitu kau tunggu aku dewasa ya? Setelah itu kita menikah" Ia tertawa malu, menyembunyikan wajahnya pada bahuku

"Maka dari itu, kau harus hidup dengan bahagia, jaga kesehatan dan harus menjadi Jumin yang baik"

"Tentu saja, Kang Minhee, kau tidak mau menciumku?" Tanyanya, tiba-tiba

"Yak! Jangan membuatku berdebar-debar deh" Aku mencubit pipinya gemas

"Dasar bucin" Jumin menjitak kepalaku dan tiba-tiba berbaring di sebelahku

Hei? Dia tidak melarangku untuk tidur dikasurnya? Tumben sekali. Biasanya dia sampai memukul dengan boneka ayam dan menjambaki rambutku jika aku ketahuan tertidur di kasurnya.

Dalam hati aku tertawa, 'Kau yang bucin, Baek Jumin'

"Aku mau tidur. Sudah malam, semoga besok aku bisa bangun pagi" Ujar gadis aneh itu bersiap tidur

Mau tak mau aku turun dari ranjang dan juga bersiap-siap untuk tidur.

"Kasur lipat sedang dicuci. Kau tidur disini" Ucap Jumin tanpa melihatku, ia membelakangiku

"Kau yakin?" Aku kembali duduk diatas kasur

"Yakin" Jawab Jumin datar
Aku tidak menjawab lagi dan mengambil selimut diujung kasur.

Untuk menjaga kepercayaannya, aku meletakkan guling ditengah-tengah kasur dan tidur diujung.

"Selamat tidur" Ucapku

Lampu utama sudah dimatikan sejak kita mengobrol tadi, hanya ada lampu tidur saja.

__"

10 jam sebelumnya..

"Tidak boleh ada yang tertinggal, ini semua harus dibawa. Ok bagus" Aku bicara sendiri sambil membereskan seluruh barang bawaanku.

Sambil membereskan baju kedalam koper, dan barang-barang pribadiku kedalam tas aku mengecek jam.

Ah, masih jam 12.00 siang. Aman. Jumin pulang sekolah jam 15.00.

Oh iya, aku mengambil sekotak kecil yang ada didalam tas lalu mengambil benda berbentuk lingkaran kecil dan memasukkanya kedalam salah satu buku pelajarannya.

"Aku titip ini ya, Jumin" Gumamku.
Semoga tidak hilang.

Setelah itu aku membereskan seluruh ruangan dan menghilangkan semua jejak keberadaanku dirumah ini, mulai dari berbagai macam sjenis sampah aku buang sampai jejak sidik jari ataupun rambut yang tak sengaja rontok.

__"

     Masih terjaga. Aku memastikan Jumin sudah tertidur nyenyak. Terdengar dari suara dengkuran halus yang akan aku rindukan.

Duh.
Benar kata Jumin, aku bucin.

Beberapa menit kemudian aku bangkit dan berjalan keluar kamar, tak lupa menutup pintu kamar kembali.

Tadi siang aku meletakkan seluruh barang-barangku dikamar tamu.

Sebelum pergi, aku membuat kunci duplikat rumah Jumin. Agar aku bisa keluar dan pintu rumahnya tetap terkunci.

Haha. Harus detail ya?

Langsung saja aku mengangkat koper agar tidak menimbulkan suara dan mengeluarkan seluruh barangku. Setelah itu mengunci pintu utama.

Langkah kakiku rasanya seperti ada yang menahannya, memaksaku untuk kembali menoleh kearah rumah yang selama ini membuatku nyaman berada di dalamnya, rumah tempat kesayanganku berada.

Buru-buru aku mengusap air mata yang meluncur tidak sopan.

Ya sudah, aku pergi dulu ya.

Sampai bertemu kembali, Baek Jumin.
Aku selalu mencintaimu.

__"




END

✔️(1) Kang Minhee - Suami dari Masa Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang