5- Jumin dan Pantai (Minhee's p.o.v)

19 5 1
                                    

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. to Me

6- Jumin dan Pantai

Mencuci baju, sudah ㅡdengan tangan karena mesin cuci masih rusak.
Mencuci piring, sudah.
Membuang sampah, sudah.
Apa yang belum? Sumpah aku bosan.
Setelah lelah bergulingan diatas kasur empuk yang jarang ku sentuh karena gadis itu akan menghajarku jika aku menyentuhnya.

Aku memilih untuk pergi keluar rumah daripada mati kebosanan. Pertama, aku ingin memakan ramyeon di kedai yang selalu ramai dengan anak sekolah itu. Karena selain hari ini aku akan sulit mengatur waktu yang tepat tanpa ada anak sekolah yang memenuhi kedai, akupun mengunjungi tempat makan tersebut saat mereka sekolah.

Tentu saja, aku kan pria paruh baya yang terjebak dalam tubuh remaja, jadi aku tidak perlu repot-repot sekolah.

Setelah kenyang aku kembali ke rumah namun tetap merasa bosan. Sambil membaca buku komik Jumin aku mengetuk-ngetukkan jemariku pada meja, dan tiba-tiba saja ide konyol melewati otakku.

'Hahaha' tawaku dalam hati
Tanganku meraih sebuah kertas loose leaf dan mengambil pulpen hitam

"Dia pasti akan terkejut" Gumamku menyeringai sambil menulis sebuah surat singkat untuk Jumin.

Selesai menulis aku membacanya dengan logat Jumin lalu tertawa sendiri membayangkan ekspresi apa yang akan ia berikan setelah membaca surat ini.

"Ah, dimana aku harus meletakkannya?" Tanyaku pada diri sendiri memegang kertas itu dan berjalan ke sekeliling ruangan

Jangan di kasur, ia akan membacanya saat aku sudah pulang.

Apa aku titip di toko cat depan saja?, tidak-tidak, mereka akan membacanya dan aku akan malu.

"Aha" Otak cerdasku ini menuntun tanganku untuk menempelkannya di cermin

Begitu masuk kamar, cermin besar itu akan membuat Jumin penasaran karena ada kertas tertempel kan?

Setelah selesai bersiap-siap, aku berangkat ke supermarket dan belanja segala keperluan, sayur contohnya.

__"

Sambil mengendap-endap aku melepas sepatuku dan meletakkannya di rak, lalu berjalan ke ruang tengah dan meletakkan belanjaan di lantai kemudian berjalan ke kamar dengan suara yang pelan. Aku tersenyum tidak sabar melihat Jumin dengan berjuta ekspresinya itu.

Aku mengintip sebentar, Jumin yang sedang menggosokkan minyak angin ke perutnya dengan tanpa ekspresi.

'Apa dia diare?' Batinku

"Selamat sore Jumin" Sapaku setelah ia menutup botol minyak angin dan membaca tulisan diatas kemasannya.

Aku memunculkan kepalaku di pintu kamar.

"Masih ingat jalan pulang kau?" Tanyanya terlihat terkejut dan emosi, namun aku melihat Jumin-ku disana.

"Hehehehe.." Aku hanya nyengir dan berjalan mendekatinya

✔️(1) Kang Minhee - Suami dari Masa Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang