Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cr. to whitenoiseofeverydaylife.wordpress.com
18. Kata Minhee Aku Berhasil
"Sejak lama aku menyukaimu"
Beberapa menit yang lalu aku berada di ruangan ini, di perpustakaan yang sepi, bagian rak buku arkeologi, tak ada orang satupun.
Pemuda itu menyunggingkan senyum manisnya, menunggu jawaban. Aku Mematung dan membeku. Tidak sengaja menjatuhkan sebuah buku yang tebal dan malah menimpa kakiku, merusak suasana.
Sambil kesakitan aku meletakkan buku besar itu diatas meja. Membuat ia buru-buru menggenggam bahuku menanyakan 1 hal yang sama beberapa kali.
“Kau baik-baik saja?”
Pikiranku kacau, Ya Tuhan. Apa ini..?
Aku kembali berdiri normal dan masih dengan perasaan yang sama.
"Kau teman yang baik, dan aku ingin lebih dari itu" Ia mengatakannya, menunggu sepatah dua patah kata dari sang lawan bicara
Kau tahu apa yang aku lakukan? Berdiam diri ditempat.
Laki-laki itu meraih kedua tanganku yang menggantung di sisi tubuhku.
__”
"Minhee!" Aku berhambur ke pelukan Minhee begitu menemukan sosoknya
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Minhee terheran
"Eunsang menyatakan cintanya" aku masih tak mau melepas pelukanku, Minhee memeluk kembali tubuhku dan mengusap kepalaku
"Berhasil" Ucap Minhee pelan Tak tahulah. Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa.
Apakah ini boleh disebut selingkuh? Tapi aku kan belum menikah :(
"Selamat, kau berhasil" Pemuda itu menggenggam kedua bahuku, menatap mataku
"T-tapi, aku tidak menerimanya" Menunduk kembali menubrukkan kepalaku di dadanya
"Hei, kau tidak salah. Tidak apa-apa sayang" Suami dari masa depan itu menepuk bahuku 2 kali
Apa? Sayang?
Yang benar saja Rasanya aku ingin berlari di atas pasir pantai sambil berteriak-teriak seperi orang gila saja.
Minhee tak mengubah posisinya, masih menggenggam bahuku, hanya menepuknya beberapa kali
"Kau berhasil mengubah dirimu sehingga Eunsang, pemuda yang sangat perfeksionis itu menganggapmu baik baginya" Minhee masih menepukkan tangannya diatas punggungku.
"Aku senang mendengarnya, teruslah berbuat baik padanya, aku akan mendukungmu sepenuh hatiku meskipun membendung perasaan cemburu ini rasanya seperti meminum minyak jelantah" Minhee berkelakar, aku masih tak mau menatap wajahnya, sampai ia menangkupkan kedua tangannya dipipiku sehingga wajahku sejajar dengan wajahnya, meskipun ia sedikit menunduk