Chapter 4

90 7 0
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

"Aku suka lihat Bang Caka main basket. Bang Caka hebat banget!"

Ketika Riri masih ada di sisi gue, hampir setiap hari gue selalu bersama dia ketika pulang sekolah. Baik untuk bermain basket ataupun sekedar membeli jajan sebelum pulang ke rumah. Meskipun seringkali, gue dan Riri melakukan dua hal itu sekaligus. Sambil memakan makanan yang ia beli, Riri akan mengamati gue bermain basket.

Waktu dulu, gue gak merasa sehebat sekarang. Namun kemampuan gue sudah cukup mengalahkan anak-anak di sekolah gue yang rata-rata jangankan bertanding bola basket, mainpun seringkali mereka tidak bisa.

Anak-anak seumur gue waktu itu gak begitu suka main basket. Mereka lebih senang bermain sepak bola yang notabenya lebih mudah dan banyak dikuasai oleh orang-orang.

Tapi gue malah lebih suka permainan yang gak begitu banyak orang bisa. Ya, meskipun gue juga bisa bermain sepak bola, gue lebih suka bermain basket sendirian di lapangan dekat rumah gue ditemani Riri.

Dan pujian Riri adalah sesuatu yang membuat gue semakin menyukai basket. Gue merasa semakin punya alasan untuk menggeluti olahraga yang satu itu.

"Kalau gitu, Bang Caka bakal main basket terus buat Riri." Gue menangkap bola basket yang telah berhasil masuk ke dalam ring kemudian menghampirinya. Sedikit tertawa melihat rambut Riri yang berantakan karena tertiup angin.

Riri bertepuk tangan dengan antusias. Siomay yang hari itu menjadi teman makannya sambil melihat gue bermain bola basket ia taruh di atas pangkuannya hanya untuk bertepuk tangan.

Gue merapihkan rambutnya sebentar supaya dia gak terganggu dengan sebelah tangan karena sebelah tangan lagi memegang bola basket.

"Janji lho, ya?" ujarnya pada gue sembari memberikan botol air minum miliknya.

Gue mengangguk lalu duduk di sebelahnya dan mengambil botol air minum itu. Bola basket yang sebelumnya gue pegang, gue letakan di dekat kaki gue.

"Lihat aja, Ri. Nanti SMA, Bang Caka bakal jadi kapten basket di sana." Dengan percaya dirinya gue membuat janji.

Janji yang sangat gue yakini akan terpenuhi begitu gue sampai pada waktu yang tepat untuk mewujudkannya.

Namun ketika waktu itu datang, bukan hanya janji yang gak bisa gue tepati. Tapi juga keinginan dia yang gak bisa terwujud untuk melihat sosok gue di masa depan.

Karena sosok Riri, telah menjadi bagian dari masa lalu gue.

"Kamu gak hadir di pertemuan kemarin."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang