Chapter 24

48 6 0
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

Waktu itu, beberapa hari sebelum liburan kenaikan kelas, gue yang biasanya pulang sekolah menghampiri dua sohib gue, Dami dan Jingga, atau langsung pulang ke rumah mendadak menghampiri kelas sebelah yang gak pernah gue datangi sekalipun walaupun gue mengenal salah satu penghuni kelasnya. Namun kedatangan gue bukan untuk mendatangi si penghuni kelas yang gue kenal itu.

Melainkan mendatangi musuhnya.

"Chessy? Bener, kan?"

Orang bilang, senyum gue itu misterius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang bilang, senyum gue itu misterius. Manis tapi mencurigakan. Memikat tapi bisa jadi menjebak. Salah itu orang yang mengatakan itu adalah sahabat gue sendiri, Jingga. Dan mungkin sahabat yang gue anggap adik itu benar. Karena dengan sekali sapa, gue bisa membawa Chessy mengikuti gue ke taman belakang sekolah sambil senyam-senyum sok cantik.

"Lo Caka, kan? Caka Radhitya Irfandi kelas XI MIPA 3 yang anak basket?" Rupanya dia kenal gue. Sayangnya di mata gue, cewek di depan ini cuma cewek yang punya banyak muka. Kalau gue bisa, gue pengen copotin mukanya satu-satu supaya kelihatan muka aslinya.

Sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, tak lupa dengan senyumnya yang genit itu, dia mendekati gue sambil memegang lengan gue. "Gue punya Ansel sih tapi kalau lo mau, kita bisa kenalan lebih deket."

"Oh iya, satu lagi. Gue suka sama cowok yang jago olahraga loh. Seksi." Merinding bulu kuduk gue waktu dia bisik-bisik di telinga gue dengan suara yang di buat-buat. Suara yang seratus delapan puluh derajat bedanya dari suara dia waktu bicara sama Wala.

Gue menepis tangannya dengan pelan padahal dalam hati udah jengkel setengah mati. Gue juga masih pasang senyum paripurna yang biasa gue perlihatkan waktu pertemuan kolega bisnis Bokap.

"Gue juga suka cewek yang berani," balas gue padanya sampai membuat senyumnya makin lebar. Najis banget ya Tuhan. Kalau bukan karena gue punya maksud tertentu, hamba gak mampu menghadapi manusia penuh tipu muslihat serupa dajjal macam manusia di depan gue ini.

"Lo keren loh tadi waktu labrak Wala di loker." Gak tahu dimana letak kerennya setelah dia kabur ketakutan macam tikus dikejar kucing. Gue yang awalnya sudah lumayan jauh dari dia kini malah maju mendekat hanya untuk mengatakan sebuah kalimat singkat, "seksi."

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang