Caka
Niatnya sih mau nyari tempat buat tidur. Kalau tidur di kelas, pasti ada Dami yang bakal gangguin gue. Kalau tidur di perpustakaan, pasti gue kena omel sama penjaga perpustakaan. Makanya lagi-lagi gue ke taman belakang. Siapa sangka gue malah ketemu Wala di sana.
Gak tau kenapa kalau ngobrol sama Wala itu gue selalu terpaut sama kata-kata dia yang bilang kalau gue dan dia senasib. Setiap obrolan gue dan dia selalu mengarah tentang kakaknya dan adik gue Riri.
Susah emang kalau bicara sama Wala tuh. Dia gak akan mau bicara kalau gue masih ngeliat ke arah dia. Makanya gue sengaja ngeliat ke arah lain supaya dia bisa jawab pertanyaan gue tanpa memalingkan wajah ke arah lain.
Emang dasarnya aja gue gak bisa ngomong baik-baik, makanya semua kata-kata yang keluar dari mulut gue terkesan kasar. Padahal gue gak bermaksud gitu.
Padahal gue tau mana ada orang yang bisa tetap diam kayak Wala meski udah diperlakuin gak pantes yang bisa disebut lemah. Justru orang kayak dia itu kuat. Kuat banget sampai sanggup menanggung semua bebannya sendirian.
Justru orang emosian kayak gue ini yang kalah dari dia. Gue gak bisa sabar. Gue gak bisa diem aja dan suka pakai tenaga buat menyelesaikan sesuatu.
Tapi Wala itu terlalu pengalah. Dia bahkan gak protes waktu gue bilang dia lemah. Juga saat gue bilang kalau membantu dia itu percuma. Intinya dia itu tipe-tipe orang yang di dalam hatinya akan selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi.
Emang sih gak ada baiknya juga menyalahkan orang lain. Tapi kan ada saatnya kalau sesuatu itu bukan kesalahan diri sendiri, bukan kesalahan siapapun. Emang takdirnya aja yang gak bagus.
Dan Wala gak pernah tau kalau ada saatnya dia gak berhak menyalahkan diri sendiri setelah semua usaha dia untuk berjuang sendirian.
"Gue bakal kasih tau caranya." Dengan percaya dirinya gue berbicara. Gue yang dengan yakinnya berpikir kalau apa yang gue lakukan itu sudah pasti benar.
"Gimana?" Bahkan cuma nanya aja dia udah keliatan takut. Gue gak habis pikir lagi.
Sambil menyila kaki gue, gue menghadapkan tubuh gue ke arahnya. Kemudian gue menaruh kedua tangan gue di atas pundak Wala untuk meyakinkan dia."Lo harus hadepin mereka dengan berani. Tantang mereka."
"Hah?" Yaelah malah hah-heh-hoh segala.
"Lo temuin mereka, lo bilang ke mereka kalau mereka gak boleh gangguin lo lagi." Karena menurut gue, seorang pembully gak akan mau menyerah pada apa yang mereka lakukan sebelum mereka sendiri yang punya keinginan untuk berhenti. Makanya akan jadi percuma juga kalau gue yang turun tangan. Dan biasanya orang yang mereka incar adalah orang yang menurut mereka lemah dan bisa diinjak-injak.
Cara satu-satunya yang bisa membuat mereka punya keinginan untuk berhenti adalah dengan membuat mereka tahu dan yakin bahwa Wala bukanlah orang yang lemah dan bisa diinjak-injak seperti apa yang mereka lakukan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]
FanfictionCerita tentang Caka, Riri, dan Wala. Tentang perbedaan antara perasaan tulus dengan sebuah rasa kasihan. Yoon Jeonghan As Caka Radhitya Irfandi # 2 - yoonjeonghan (19-05-22) # 1 - partoflife (23-04-22) # 1 - riri (21-06-24) # 4 - cakrawala (19-11...