Chapter 8

71 5 0
                                    

Wala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wala

"Jangan."

"Jangan nyaman sama gue."

"Gue bukan orang baik."

"Gue serius."

Sepertinya aku salah bicara. Lagi-lagi aku membuat orang-orang di sekelilingku menjadi tidak nyaman karena aku yang terlalu banyak bicara. Mungkin memang seharusnya sejak awal aku diam saja. Seharusnya sejak awal aku tidak berpikir macam-macam di saat harusnya aku sudah bersyukur ketika ada orang baik seperti Caka yang mau menolongku.

Tidak tahu diri.

Itu yang aku katakan pada diriku. Sudah dikasih hati malah minta jantung. Sudah ditolong tapi malah meminta lebih. Apalagi setelah aku melihat ekspresi Caka yang sangat serius ketika mengatakan ucapannya barusan, aku menjadi merasa sangat bersalah. Lalu bukannya minta maaf, aku hanya bisa menunduk dalam-dalam, menyesali perkataanku diam-diam.

Namun seandainya aku bisa berbicara sekali lagi, apa boleh aku membantahnya sedikit saja?

Caka orang baik. Bahkan sejak awal dia menolongku, aku tahu kalau dia orang baik. Sejak awal niatnya untuk membantuku tanpa maksud tertentu, aku bisa melihat ketulusannya yang tidak pernah dibuat-buat.

Lantas mengapa dia mengatakan bahwa dia bukan orang baik? Mengapa dia berbicara seolah-olah dia memang manusia yang jahat di muka bumi ini? Sejujurnya aku tidak paham. Namun aku tidak berani untuk berbicara lagi setelah kesalahan sebelumnya.

Pertemuanku dan Caka bahkan masih sangat singkat. Tidak ada yang membuatku harus merasa bahwa ada alasan khusus Caka bersikap baik padaku. Ketertarikan misalnya. Seberapa tidak tahu dirinya aku sampai berpikir kalau lelaki sehebat dia bisa menyukaiku?

Bodoh.

Aku terlalu bodoh. Seperti kata Chessy.

"Ayo," ujarnya yang menghentikan segala macam pergolakan di kepalaku sendiri. "Gue anter lo pulang."

Dia berdiri lebih dulu dariku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia berdiri lebih dulu dariku. Menatapku dengan matanya yang terlihat tajam sekaligus ramah. Mengamati namun juga menebak-nebak apa isi kepalaku saat ini sampai masih diam di tempat.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang