Chapter 14

53 4 0
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

"Apa?" Kening gue mengerut dalam saking herannya. Gue bahkan gak tau harus seneng atau justru kesal saat ini. Tapi yang jelas, ada ketidaknyamanan yang gue rasakan begitu keputusan itu telah ditetapkan seenaknya tanpa persetujuan gue.

"Iya, kita pake lagu favorit lo aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, kita pake lagu favorit lo aja." Cewek bernama Lauren itu bisa-bisanya senyum selebar itu ke gue seolah gue bakal seneng sama kabar yang dia kasih.

Joshua menepuk pundak kanan gue, meminta gue melihat padanya yang saat ini juga keheranan sama reaksi gue. "Kenapa, Cak? Gak setuju? Kalau gak setuju kita pilih lagu lain."

Gue terdiam beberapa saat. Membiarkan tiga orang itu — Joshua, Lauren dan Bina, mengamati gue, menunggu reaksi yang akan gue berikan. Namun sayangnya sampai beberapa menit berlalu gue gak kunjung memberikan keputusan ingin menerima atau menolak.

Kemudian tiba-tiba Bina mencetus, "kita pilih lagu lo soalnya lagu itu udah jarang yang bawa. Anak-anak jaman sekarang lebih suka bawain lagu luar negeri. Kemaren hampir semua kelompok di kelas gue tanyain bawainnya lagu Barat atau Korea. Kita mau bawa suasana baru aja."

"Lagipula lagu yang lo pilih bagus. Kita bisa pakai suara lo sama suara Lauren buat bawain lagunya nanti," lanjut Bina. Mendengarkan penjelasan dia, gue jadi tau kalau mereka milih lagu itu bukan asal. Melainkan sudah dipikirkan matang-matang.

Tapi gue masih gak setuju. Lebih tepatnya, gue merasa keberatan. Gue gak bilang kalau gue akan sanggup membawakan lagu itu lagi setelah sekian lama. Terlebih lagu itu ... adalah lagu kesukaan Riri. Lagipula gue gak tau kalau lagu favorit yang mereka tanyakan itu bakal jadi salah satu pilihan untuk dinyanyikan. Kalau gue tau, gue gak akan mengatakan lagu yang bersifat sentimental untuk gue.

Ini gak adil. Gue merasa dirugikan.

"Sebenarnya lo udah kehilangan hak pilih." Gue gak tau orang seperti apa Bina ini. Tapi cara dia yang gak sabaran, suka ceplas-ceplos, juga kelihatan berani, gue merasa kalau sifat dia sebenernya sama kayak gue. Cuma anehnya gue malah kesel sama sifat dia itu. "Gue, Lauren, sama Joshua udah setuju. Tiga lawan satu, harusnya menang, kan? Kalau pada akhirnya semua keputusan ada di lo, terus apa gunanya pemilihan? Seharusnya dari awal aja kita serahin semuanya ke lo."

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang