Chapter 5

56 6 0
                                    

Wala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wala

"Habis darimana kamu? Kenapa baru pulang jam segini? Tadi kamu minta jemput jam tiga lewat tapi kenapa baru sampai rumah jam 6?"

Baru saja aku menutup pintu rumah, pertanyaan beruntun sudah aku dapatkan dari Mama. Sebenarnya aku juga heran mengapa Mama pulang awal padahal Mama bilang sedang sibuk dan punya banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

"Tadi itu ..., Wala ...," seharusnya aku tidak perlu segugup ini seolah sedang ketahuan berbuat salah. Namun entah mengapa, di dalam hatiku memang terdapat penyesalan pada Mama karena pulang terlambat.

Aku dengar Mama menghela napas panjang. Lalu ia berkata kepadaku, "yaudah sana masuk."

Bukannya merasa lega karena tidak perlu menjelaskan apapun lagi, aku justru merasa kecewa karena tidak bisa berbicara banyak dengan Mama. Segala hal yang terjadi baik tentangku ataupun tentang Kak Lian, aku ingin sekali menceritakannya pada Mama. Semua kesedihan, rasa sakit, dan ketakutan yang aku punya semenjak SMA ini karena terus dihantui segala hal tentang Kak Lian. Dan daripada itu semua, aku juga merindukan Kak Lian dan Papa.

Kendati demikian, aku mewajari sikap Mama yang mengusaikan pembicaraan mengingat dirinya baru pulang bekerja pasti sangat kelelahan. Aku harus menurunkan egoku yang terus-menerus ingin Mama lebih memahami aku.

Langkah kakiku lunglai menuju kamar.  Seharusnya aku langsung membersihkan diri, tetapi yang aku lakukan malah membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar di sore hari ini.

Terakhir kali aku bertemu Papa, usiaku masih lima tahun. Sampai sekarang, aku terus bersusah payah agar ingatanku tidak pudar seiring waktu. Namun seperti apapun usahaku, aku tetap lupa seperti apa sosok Papa sebenarnya.

Papa yang kuingat hanyalah lelaki yang suka menggendongku dan mengajariku bermain sepeda walaupun sampai sekarang aku masih tidak bisa mengendarainya.

Papa yang kuingat adalah lelaki yang akan menuruti semua keinginanku di saat Mama masih sesekali melarang aku melakukan sesuatu atau menginginkan sesuatu yang berlebihan.

Dan Papa yang kuingat hanyalah bayang-bayang pudar tanpa bisa kuingat jelas seperti apa senyumannya.

Sedikit banyaknya, aku bersyukur masih memiliki foto Papa di kamarku. Fotonya yang terlihat kaku di hari pernikahannya dengan Mama.

Aku juga ingin punya foto bersama Papa. Aku ingin melihat lagi senyumnya dan mendengar suaranya. Lalu aku juga ingin mendengar suaranya yang sama sekali tidak membekas diingatanku.

Seperti apa kira-kira suara Papa? Apakah berat seperti laki-laki biasanya? Ataukah lembut seperti sosok ayah pada umumnya?

Aku melupakan banyak hal. Mungkin hal itu yang membuatku takut ketika waktu semakin hari semakin berjalan maju hingga membawaku menjauhi masa lalu. Masa-masa dimana aku masih bersama Papa, Mama, dan juga Kak Lian.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang