Chapter 2 [Wala]

100 8 0
                                    

Wala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wala

"Perkenalkan diri masing-masing, ya. Nama lengkap, nama panggilan, lalu asal sekolah. Diperhatikan setiap temannya memperkenalkan diri karena setelah ini, Kakak mau kalian hafal semua nama teman-teman kalian meskipun kelas ini bersifat sementara dan akan berubah setelah kalian tes untuk pembagian MIPA dan IPS."

Sejak aku kecil, berbicara di hadapan orang lain adalah hal yang paling sulit, menakutkan dan mendebarkan. Saat banyak mata tertuju padaku, aku merasa seperti mempunyai beban yang besar dan desakan yang kuat agar aku segera berbicara. Terlepas seperti apa lawan bicara, yang selalu ada di kepalaku adalah wajah-wajah yang tersenyum menertawakan aku yang kesulitan berbicara.

Karena itu, bagian awal masuk sekolah saat memperkenalkan diri adalah bagian yang paling aku tak suka. Rasanya aku ingin bilang kalau tak apa bila tak banyak yang mengenaliku asalkan aku tidak perlu berbicara di hadapan banyak orang.

"Nama saya, Caka Radhitya Irfandi. Panggil aja Caka. Gak boleh Radit apalagi Irfan. Saya dari SMP Negeri 4." 

"Halo, Caka!" Semua orang di kelas menyapanya, sesuai perintah Kakak pendamping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Caka!" Semua orang di kelas menyapanya, sesuai perintah Kakak pendamping.

Dibandingkan aku yang ketakutan, lelaki yang duduk di kursi paling depan itu terlihat penuh percaya diri. Dia tidak gugup sama sekali. Bahkan tangan dan kakinya tidak terlihat gemetar dibandingkan aku yang bahkan belum memperkenalkan diri.

Sampai ketika bagianku, hawa dingin mengerumuni sekelilingku. Terutama saat semua mata tertuju padaku termasuk Kakak pendamping yang menemani kita semua saat Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah alias MPLS ini.

"Ayo, silahkan perkenalkan diri," ujar Kakak perempuan yang berdiri di belakang meja guru itu.

Aku sudah berdiri tetapi lidahku kelu. Dengan susah payah aku membuka mulut sampai akhirnya yang terucap sedikit terbata-bata. "Na-nama saya, mmm ..., Harata Wala Cristalyn. Bi-biasa dipanggil Wala. Sa-saya dari ... SMP Negeri Arjuna."

"Halo, Wala!"

Mereka tidak menertawakan aku. Mereka justru tersenyum ramah tetapi aku malah ketakutan tak terhingga sampai rasanya mau menghilang dari sana. Segala pertanyaan seperti, apakah aku tadi menyebutkan namaku dan sekolah dengan benar? Atau apakah suaraku terdengar gemetar? Itu semua membuatku merasa malu.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang