Chapter 29

33 7 0
                                    

Wala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wala

Misiku hari ini adalah menghadapi kemarahan Caka.

Aku memijat pelipisku karena merasa pening hanya dengan memikirkannya. Dapat keberanian darimana aku sampai punya mis seperti itu. Di tengah-tengah persiapan foto buku tahunan sekolah dan pendaftaran SNMPTN, aku malah fokus pada hal lain. Bahkan sudah banyak ujian praktek yang dilaksanakan menjelang ujian sekolah. Kelas sudah tidak lagi formal seperti biasa yang pagi masuk kelas lalu pulang sore hari melainkan mengikuti jadwal ujian praktek. Bagi yang tidak punya jadwal ataupun sudah menyelesaikan ujian prakteknya dibebaskan di kelas atau bahkan diperbolehkan pulang.

Makin kacau kepalaku saat ini memikirkan seberapa rumitnya isi kepalaku. Seharusnya aku tidak perlu seberani ini.

...

Tidak.

Ini waktu yang tepat untuk aku bergerak sebelum semuanya benar-benar berakhir dan aku kehilangan kesempatan untuk mengatakannya pada Caka.

Sebelum dia benar-benar menghilang dari hidupku selamanya.

Mungkin setelah masa SMA ini berakhir, bertemu dengan dia adalah sebuah keajaiban di tengah luasnya dunia ini.

"Kamu udah selesai, Wala?" Suara Witha menyadarkan aku pada situasi kelas yang sibuk saat ini.

Aku menggelengkan kepala dan menjawab, "belum. Aku keluar sebentar, ya. Di sini terlalu ramai. Aku harus menghafal materi dulu sebelum ujian praktek."

Padahal itu hanya alasan yang aku buat-buat tetapi berhasil membuat Witha mengangguk tanda mengiyakan tanpa bertanya apapun padaku lagi. Aku melangkah keluar sambil membawa kertas materi ujian praktek tanpa berniat membacanya sedikitpun.

Kira-kira ada dimana Caka sekarang? Tidak mungkin dia ada di halaman belakang sekolah, kan?

Meskipun aku tidak yakin dia berada di sana, kakiku berjalan menuju ke sana. Aku hanya melangkah tanpa berpikir bahwa dia ternyata benar-benar berada di sana. Sosoknya yang sedang memejamkan mata sambil bersandar di bawah pohon rindang itu membuatku terdiam sejenak.

Sudah lama aku tidak melihatnya. Itu membuat perasaanku menggebu-gebu. Sedikit merasa senang karena bisa melihatnya namun banyak merasa sedih dan takut secara bersamaan.

Bagaimana kalau dia pergi begitu melihat aku? Bagaimana kalau dia marah? Bagaimana kalau dia semakin membenci aku? Bagaimana kalau ..., tidak. Bukankah misiku memang untuk menghadapi kemarahannya? Karena hari ini, aku akan membuatnya marah besar.

Aku berjalan mendekati Caka pelan-pelan. Semakin dekat, semakin kencang aku memegang kertas di tanganku sampai aku yakin kertasnya bisa rusak dan aku harus membuat ulang materinya lagi nanti. Semakin dekat, aku semakin gugup hingga tanpa sadar menahan napas.

"Gila, berani banget lo ke sini dan muncul di hadapan gue."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang