Cerita tentang Caka, Riri, dan Wala.
Tentang perbedaan antara perasaan tulus dengan sebuah rasa kasihan.
Yoon Jeonghan
As
Caka Radhitya Irfandi
# 2 - yoonjeonghan (19-05-22)
# 1 - partoflife (23-04-22)
# 1 - riri (21-06-24)
# 4 - cakrawala (19-11...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Caka
Akhir-akhir ini, gue merasa bosan tanpa alasan. Setiap hari tempat yang gue kunjungi itu-itu lagi. Sekolah lalu rumah. Berangkat sekolah lalu pulang. Bangun tidur dan berangkat sekolah lalu pulang tidur lagi.
Semenjak gue berteman dengan dua sahabat gue yang kelakuannya kadang suka absurd yaitu Dami dan Jingga, gue gak pernah merasakan lagi kesepian. Tetapi akhir-akhir ini, gue juga sedang menghindari Jingga karena enggan ditanya soal kejadian bersama Wala di depan dia waktu itu.
Lalu Dami selain karena dia berbeda kelas dengan gue dan Jingga dimana seharusnya perbedaan kelas gak menjadi alasan waktu bermain gue sama dia dan Jingga, akhir-akhir ini justru jarang gue temui karena dia sedang sibuk dengan kelas dance yang diajarnya. Orang-orang mulai tertarik dengan dunia entertainment terlebih KPop yang peminatnya semakin melonjak akhir-akhir ini membuat kelas dance Dami semakin banyak peminatnya pula.
Oleh karena itu, beberapa waktu terakhir gue sering menghabiskan waktu dengan teman-teman basket gue. Sepulang sekolah gue akan berkumpul di lapangan basket bersama mereka lalu berpindah tempat ke tempat nongkrong bersama sampai larut malam. Tentunya lapangan basket yang gue maksud bukan lapangan basket di sekolah karena tepat pada pukul lima sore, seluruh siswa yang masih berada di lingkungan sekolah akan disuruh pulang terkecuali beberapa siswa yang mempunyai izin khusus untuk melakukan suatu kegiatan di jam tersebut.
Lagipula kalau gue dan anak-anak basket lain berada dalam lingkungan sekolah, pasti selalu ada si Biru selaku kapten tim yang gak pernah melewatkan jam latihan. Tapi kalau berada di luar itu, dia orang pertama yang gak akan hadir karena merasa gak penting dan gak tertarik sedikitpun untuk bergabung.
Lapangan yang gue maksud berada di luar lingkungan sekolah. Namun jaraknya masih tidak begitu jauh dari sekolah hanya ditempuh beberapa menit saja jika ditempuh menggunakan sepeda motor.
Yah, padahal saat ini adalah waktu-waktu sibuk karena gue sudah berada di masa akhir sekolah SMA. Tetapi niat awal gue memang masuk ke universitas negeri dengan jurusan olahraga melalui jalur beasiswa. Portofolio gue seharusnya gak perlu diragukan lagi. Kemampuan oke, prestasi juga gak perlu diragukan lagi. Jadi gue cuma harus berlatih lebih giat lagi.
Dan gue gak sebodoh itu, ya. Di kelas sejak kelas sepuluh, gue gak pernah keluar dari lima besar. Ya, walaupun peringkatnya akan menurun kalau di kalkulasi dengan peringkat umum satu sekolah. Intinya, gue tetap belajar dengan serius untuk mata pelajaran umum dan mata pelajaran jurusan gue yaitu MIPA.
Siapa tahu tiba-tiba rencana gue untuk masuk jalur beasiswa jurusan olahraga mendadak gagal, setidaknya gue harus punya rencana yang lain. Siapa tahu juga mendadak orang tua gue dan Kakek gue menentang keras keputusan gue sampai mengancam gue dengan berbagai alasan hingga gue gak bisa melanjutkan rencana awal gue.
Ya, siapa tahu kan.
Setidaknya dalam hidup kita harus punya rencana kedua untuk waspada kalau ternyata rencana pertama kita gagal.