Chapter 38

30 3 2
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

"Kenapa tuh adek gue?"

Lian dan gue duduk bersebelahan. Mendengar pertanyaan darinya, gue cuma bisa menghela napas panjang. Tidak ada satupun kata yang bisa gue ucapkan sebagai penjelasan sekarang. Gue takut tiba-tiba malah melakukan pembelaan diri atas kesalahan yang gue lakukan.

Mau dilihat dari sisi manapun, menurut gue Wala benar. Gak seharusnya gue malah merokok seperti tadi. Itu bukan jalan keluar dari masalah gue. Mungkin Wala juga sudah lama memendam kekesalan pada tingkah gue yang satu itu. Atau dia pikir gue sudah berhenti namun ternyata gue masih pada kebiasaan buruk gue.

Lalu yang paling penting di sini, Wala hanya ingin gue gak melakukan hal yang pada akhirnya hanya berdampak buruk pada gue. Karena sebesar apapun masalah gue, gak seharusnya itu menjadi pembenaran atas apa yang gue lakukan.

"Jangan murung gitu. Wajarlah kalau pasangan berantem. Pasti ada sekali dua kali." Lian menepuk-nepuk bahu gue. Dia kemudian bertanya, "ngambek ya dia? Sampai ninggalin lo gitu."

Gue memberikan anggukan kepala. Sekali lagi gue menghela napas. Kepala gue mendadak pusing memikirkan cara untuk meminta maaf pada Wala. Dia gak pernah sekalipun marah pada gue karena itu gue gak tahu bagaimana cara untuk membujuknya.

"Dia bukan orang yang marah segampang itu lo tahu, kan?" Lian malah menambah kekhawatiran gue.

"Iya, baru sekali ini dia semarah itu." Gue menjawab.

"Kenapa?" Lian bertanya sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa?" Lian bertanya sekali lagi.

Gue mengacak-acak rambut dengan kasar. Dengan pelan gue menjawab Lian, "dia lihat gue ngerokok."

"Terus dia marah?" Lian menatap gue dengan mata membelalak kaget.

"Iya, ini kedua kalinya dia lihat gue kayak gitu." Gue menjawab sambil menganggukkan kepala.

Lian mendecak pelan kemudian bergumam yang masih bisa gue dengar, "kalau gitu gue juga harus hati-hati."

Tiba-tiba saja gue merasa tergelitik hingga tertawa kecil. Gue bisa melihat Lian tersenyum tipis ketika gue tertawa. Wajahnya yang selalu terlihat tenang itu selalu membuat gue teringat pada Wala saking miripnya mereka.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang