Chapter 17

35 5 0
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

Semakin lama, gue merasa waktu berjalan semakin cepat. Setahun, dua tahun, tiga tahun, lalu empat tahun. Sebulan, dua bulan, lalu sampai saat ini, gue berhenti pada bulan Februari, bulan kelahiran Riri.

Dari banyaknya waktu yang berlalu, selama lima belas tahun gue gak pernah melewatkan perayaan untuknya. Bahkan ketika dia baru lahir, gue membelikan dia sepasang kaus kaki kecil khusus anak balita yang gue beli dengan uang jajan gue. Warnanya merah muda pula. Karena gue berpikir, adik perempuan gue bakal suka warna merah muda.

Sebelas kali.

Gue gak menyangka kalau cuma sampai angka itu gue bisa merayakan ulang tahunnya. Cuma sampai situ gue bisa memberikan hadiah yang Riri bisa lihat. Juga cuma sampai situ gue bisa melihat senyum adik gue yang selalunya lepas ketika gue memberinya ucapan selamat.

"Kak Caka gak akan beli hadiah. Riri jangan marah," ujar gue pada bingkai foto yang terletak di samping lampu tidur gue.

Gue sudah lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue sudah lelah. Tiga kali gue membelikan hadiah yang gak bisa dia lihat atau bahkan pakai. Tiga kali gue membeli kue yang dia gak makan bahkan sentuh sedikitpun. Juga tiga kali gue mengucapkan selamat ulang tahun tanpa respon apapun darinya.

Terserah lo mau bilang gue gila atau apa. Tapi gue adalah orang yang percaya kalau gue boleh berharap apapun sesuai yang gue inginkan. Dan kembalinya Riri ke sisi gue adalah harapan besar gue yang semu.

Gue sudah hancur. Lalu semakin hari, gue akan semakin hancur ketika gue terus-menerus bertemu bulan dan hari yang sama ini.

"Nanti sepulang sekolah, jangan pulang telat. Kita makan malam di luar bareng kolega Ayah."

Gue gak membalas sedikitpun ucapan Ibu. Sarapan di hadapan gue gak membuat gue berselera untuk menyentuhnya. Menu yang selalu sama di tanggal dan bulan yang sama, ayam kecap kesukaan Riri. Bahkan ketika gue bangkit, mengambil tas lalu pergi begitu saja, Ibu sama sekali gak memanggil gue untuk kembali.

Pertemuan kolega.

Sempet-sempetnya mikirin itu di hari ini. Padahal setau gue, Bokap gak setua itu buat lupa sama hari penting ini. Tapi entah kenapa gue ingin menganggapnya begitu dibandingkan berpikir kalau dia sengaja melupakannya.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang