Chapter 25

40 5 0
                                    

Caka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caka

Sebanyak apapun gue berpikir, semuanya terasa gak logis. Apa yang membawa gue berada di tengah-tengah kebingungan ini? Gue merasa seperti terjebak pada situasi yang gue ciptakan sendiri.

Namun gue juga gak bisa menjawab jika ada yang bertanya pada gue apakah gue menyesal atau tidak sekarang. Bila waktu diulang, apakah gue bisa bersikap egois dan membiarkan orang lain menderita sebagai balas dendam gue.

Tapi ada sebagian dalam diri gue yang marah. Ada yang tersulut emosi seperti sebuah api yang menyala-nyala seolah tak bisa dipadamkan begitu saja hanya karena waktu telah berlalu cukup lama sejak kejadian itu. Ada sesuatu dalam diri gue yang gak bisa menerima kenyataan bahwa gue telah menolong seseorang yang jelas-jelas menjadi alasan hidup gue terasa hancur seperti sekarang.

"Tidak ada yang perlu kamu sesali, Caka."

Suara Kakek terdengar bising bagi gue kali ini. Suara yang terdengar seperti sebuah perintah untuk dipatuhi sama persis dengan suara Bokap gue yang biasa gue dengar di rumah. Baru sekali ini gue merasa tidak ingin mendengar suara Kakek. Dan gue sebenarnya merasa bersalah untuk itu.

"Bagaimana bisa Caka bantu orang yang keluarganya jadi alasan hidup Caka hancur?" Bagi gue, gak ada bedanya. Mau itu Wala ataupun kakaknya, itu sama. Gue gak akan menarik garis jelas untuk membedakan mereka karena bagi gue hasilnya tetap sama. Gue tetap kehilangan Riri dan gue gak bisa terima itu.

Kata maaf memaafkan adalah hal yang tidak mungkin gue lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata maaf memaafkan adalah hal yang tidak mungkin gue lakukan. Setelah semua terungkap, gue seperti kembali pada masa-masa dimana gue baru saja kehilangan Riri.

Bagi gue, gak ada bedanya setahun ataupun dua tahun. Atau bahkan lebih daripada itu. Karena semuanya tetap terasa sama. Sama-sama menyakitkan untuk gue lewati.

Waktu dulu mungkin gue hanya bisa menyalahkan diri gue sendiri atas apa yang terjadi namun saat ini jelas-jelas gue tahu siapa penjahatnya. Karena hal itu, gue merasa semakin tersulut emosi.

"Bukan hanya kamu yang hidupnya hancur tapi dia juga Caka."

Gue tertawa hambar mendengar ucapan Kakek. Kenapa hidup dia hancur? Jelas-jelas dia dan keluarganya yang membuat kehancuran di keluarga gue. Bahkan pertengkaran antara gue, Bokap, juga Nyokap itu dimulai setelah Riri pergi. Sudah jelas semua ini bermula karena mereka membuat gue kehilangan Riri.

CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang