Wala
"Selamat pagi, Wala!"
Aku memberikan anggukan kepala sambil tersenyum, menyahuti Witha dan Aliza. Rasanya aku tak mampu menyahuti lebih banyak lagi. Kepalaku terasa sakit karena semalam kurang tidur hanya untuk membongkar lemari bajuku dan mencari-cari baju olahraga Caka yang mungkin saja terselip diantara bajuku.
Rasanya lelah sekali. Namun dibandingkan lelah fisik, aku sudah kehabisan akal untuk terus mengingat dimana terakhir kali aku menaruh bajunya. Untuk menghampiri Caka pun aku tak punya keberanian. Lalu untuk mencari baju Caka dengan sungguh-sungguh, akupun justru kehabisan akal. Sebenarnya apa yang bisa aku lakukan? Rasanya kesal sekali pada diri sendiri.
"Udah pada ngerjain pr matematika belum?" Witha bertanya. Ia membuka tasnya sambil mencari-cari sesuatu yang aku duga adalah buku matematika miliknya.
Aliza yang saat itu sedang mengikat rambutnya menjawab dengan santai. "Belum. Matematika jam pelajaran terakhir, kan?"
"Ck, ck, ck, BESTie. Tak patut-tak patut." Witha mendecak sambil menggelengkan kepalanya. Ia mengulurkan buku matematikanya pada Aliza yang langsung diambil dengan mata berbinar cerah. "Nih, aku udah. Silahkan dilihat, BESTie."
"Terima kasih, Tuan Putri Witha. Anda sungguh baik hati," puji Aliza dengan dibuat-buat sampai aku tertawa.
"Kamu udah, La? Kalau belum lihat aja," ujar Witha sambil menoleh padaku. Aku tiba-tiba menyadari jepit rambut yang berwarna merah muda di bagian sebelah kanan rambutnya. Witha memang cocok memakai apapun.
"Udah kok," jawabku sambil mengambil sesuatu di tas dan memasukannya ke dalam kantung rok tanpa sepengetahuan mereka.
"Tumbenan kamu rajin, Witha. Eh, enggak deh. Akhir-akhir ini emang rajin. Kenapa? Ada yang nyemangatin kamu, ya?" Aliza melirik Witha dengan curiga.
Aku yang tadinya hendak berdiri langsung kembali duduk ketika obrolannya mengarah ke sana. Rasanya aku tak boleh kelewatan topik yang satu itu. Dengan penasarannya aku dan Aliza menatap Witha.
"Ya, hm, gi-hm, gimana ya ...," jawab Witha dengan gugup. Aku dan Aliza sampai tertawa melihat Witha salah tingkah. Tidak sedikitpun kami memaksa Witha untuk bercerita. Bila dia memang tidak mau, itu tidak masalah. Namun sepertinya Witha memang tak berniat menyembunyikan apapun. "Diajarin Rakin sih. Tapi ... ya, udah. Gitu aja. Gak ada yang spesial. Masih temenan aja kok."
Aku dan Aliza mengangguk-angguk seolah paham. Walaupun sebenarnya di dalam hati aku dan Aliza menyadari ada sesuatu yang terjadi antara Witha dan lelaki bernama Rakin selain pertemanan itu sendiri.
"Pantes jadi rajin. Aku juga kalau ada yang ngajarin gitu apalagi cowok tampan, pasti rajin kok," cetus Aliza, menggoda Witha.
"Ih, Aliza!" seru Witha tak terima diganggu seperti itu.
Tawaku kembali lepas. Kali ini, aku benar-benar bangkit dari dudukku. Ada satu upaya terakhir yang bisa aku lakukan setelah berhari-hari tak kunjung menemukan baju olahraga Caka. Bahkan untuk menemui Caka pun rasanya sulit entah karena aku yang tak punya keberanian atau memang dia yang sengaja menjauh, aku tak tahu. Yang jelas, aku harap rencanaku yang terakhir ini bisa memberikan penyelesaian dan solusi karena aku tak mampu berpikir lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]
FanficCerita tentang Caka, Riri, dan Wala. Tentang perbedaan antara perasaan tulus dengan sebuah rasa kasihan. Yoon Jeonghan As Caka Radhitya Irfandi # 2 - yoonjeonghan (19-05-22) # 1 - partoflife (23-04-22) # 1 - riri (21-06-24) # 9 - cakrawala (29-08...