Wala
"Kalau gak bisa nyanyi, gak bisa juga main musik, terus lo bisa apa, Wala?"
Aku menundukkan kepala dalam-dalam. Sejak Bu Sesil, guru seni budaya kelasku keluar dari ruang kesenian untuk membiarkan masing-masing kelompok di kelasku berdiskusi soal praktek menyanyi seni budaya, aku terus menerus merasa cemas. Tidak ada satupun kemampuanku yang mendukung tugas kali ini.
Kelompok yang terdiri dari dua orang lelaki serta dua orang perempuan, tidak ada satupun dari mereka yang aku kenal dekat. Terlebih ada satu orang yang aku tahu betul, dekat dengan Chessy.
Deffian Williem Nathaniel.
Sepupunya Chessy.
"Gue bisa aja ambil posisi nyanyi sama Niki. Tapi emang lo bisa main musik?" Kali ini siswi dengan rambut diikat satu, yang aku kenal bernama Fera, menimpali.
"Maaf," kataku. Jujur tidak ada satupun kata yang terpikir di kepalaku selain itu. Aku merasa hanya akan menjadi beban untuk kelompokku baik sekarang ataupun kedepannya. Tetapi memilih mengundurkan diri juga bukan pilihan yang tepat mengingat tidak ada kesempatan untuk mengganti anggota kelompok yang sudah ditentukan Bu Sesil.
"Praktek seni budaya di SMA Elang ini udah jadi ajang tahunan yang spesial banget, lo tau, kan? Acara ini selalu dinanti sama semua guru dan murid karena bisa jadi ajang pertunjukan bakat." Sewaktu aku mengangkat kepala, aku bisa melihat tatapan mata tajam dari Deffian untukku. Seakan-akan matanya bisa menembus kaca mata yang tertanggal di hidungnya. "Gue gak mau kelompok kita kacau karena lo."
"Bentar, Deff," ucap Niki yang membuat mataku, Deffian, juga Fera langsung mengarah padanya. "Mungkin lo bisa coba nyanyi dulu supaya kita bisa tau kualitas suara lo."
"Hm, boleh sih. Setidaknya kita bisa pastiin dulu." Fera menyetujui sambil mengangguk-angguk.
Kini tinggal menunggu persetujuan dari Deffian. Lelaki itu kelihatan berpikir juga. Namun sejak awal, tatapan matanya yang setajam elang itu tidak lepas dariku, seolah mengintimidasi. Tatapan mata yang sama seperti Chessy.
"Terserah," cetusnya. Ia hanya mengangkat bahu, tak begitu peduli.
Bukannya merasa lega, aku malah semakin gugup. Menyanyi bukan hal yang aku sering lakukan apalagi aku sukai. Aku hanya sering mendengar musik namun tidak pernah ada keinginan untuk menyanyikannya dengan suaraku sendiri apalagi di depan orang lain seperti sekarang.
"Lagu apa yang lo bisa?" Lagi-lagi, sebuah pertanyaan diarahkan padaku. Terus menerus aku menggigit bibir bawahku, merasa tertekan dengan kondisi sekarang.
"Lakuin sebisa lo aja. Bener kata Fera, nyanyiin lagu yang lo bisa," sahut Niki.
Masalahnya, tidak ada yang aku bisa. Memaksakan diri justru membuat suaraku hilang seperti tertelan lagi. Sayangnya melalui tatapan mata mereka, aku bisa melihat kalau tidak ada pilihan untuk menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]
Hayran KurguCerita tentang Caka, Riri, dan Wala. Tentang perbedaan antara perasaan tulus dengan sebuah rasa kasihan. Yoon Jeonghan As Caka Radhitya Irfandi # 2 - yoonjeonghan (19-05-22) # 1 - partoflife (23-04-22) # 1 - riri (21-06-24) # 4 - cakrawala (19-11...