Caka
Tiga tahun.
Terhitung tiga tahun sejak gue gak lagi menginjakkan kaki di dalam ruangan yang cukup luas ini. Gak ada satupun benda yang berubah posisi. Bahkan untuk ukuran tempat yang tidak ditempati selama tiga tahun, kamar ini terlihat sangat bersih.
Hal yang pertama gue lakukan setibanya gue di dalam sana adalah membaringkan tubuh gue di atas kasur. Sembari menatap langit-langit kamar, napas gue semakin lama malah semakin berat.
Akhirnya gue kembali lagi ke sini.
Terakhir kali gue berada di rumah yang hanya diisi oleh tiga orang ini namun memiliki ukuran yang cukup besar dan luas, gue meninggalkannya dengan penuh amarah. Dalam hati, gue menyumpah serapahi rumah ini dan berharap agar gue gak kembali menginjakkan kaki di rumah yang gak lagi punya kebahagiaan untuk gue.
Gak pernah gue sangka kalau pada akhirnya, alur yang gue terus ikuti membawa gue kembali ke rumah ini untuk kembali tinggal dengan mereka. Mendadak, gue rindu Kakek dan Nenek. Sekalipun mempunyai orang tua, rasanya gue merasa lebih nyaman untuk tinggal bersama Kakek dan Nenek yang menyayangi gue tanpa pilih kasih.
Meskipun terakhir kali, gue memang penasaran seperti apa kabar Bokap dan Nyokap gue. Apakah mereka baik-baik saja? Apakah mereka makan dengan baik? Lalu apakah gue masih menjadi anak gak bertanggungjawab di mata mereka setelah apa yang terjadi di masa lalu?
Dulu kata mereka, gue anak baik. Anak yang pintar dan selalu bisa diandalkan. Tetapi sewaktu mereka berubah pikiran, gak ada yang bisa gue lakukan selain menerima pemikiran baru mereka itu tentang gue.
"Anak gak becus! Gak bertanggungjawab! Anak laki-laki mana yang macam kamu! Saya menyesal telah mempunyai anak seperti kamu!"
Jika boleh dikatakan, seandainya gue bisa memilih, gue mau punya orang tua yang seperti Kakek dan Nenek yang menyayangi gue. Yang gak akan memukul gue meski gue berbuat salah. Jika mereka menyesal untuk mempunyai anak seperti gue, maka bukankah boleh gue mengatakan kalau gue ... juga menyesal mempunyai orang tua seperti mereka?
Berhari-hari sebelum gue pergi dari rumah ini, terasa seperti neraka untuk gue. Pukulan dan tamparan yang tiada henti, tuduhan-tuduhan yang membuat telinga gue sakit, juga keributan yang membuat gue sama sekali gak bisa memejamkan mata.
Kali ini, gue bangun dari posisi tidur. Pupil mata gue menelusuri seisi kamar sampai akhirnya menangkap benda persegi yang terpajang di atas nakas. Benda yang permukaannya berupa kaca itu menunjukkan foto dua anak yang duduk bersebelahan. Satu anak laki-laki terlihat tersenyum cerah ke arah kamera sambil memegang mainannya, satu anak lagi yang berjenis kelamin perempuan justru terlihat sedang menangis di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA [Yoon Jeonghan]
FanfictionCerita tentang Caka, Riri, dan Wala. Tentang perbedaan antara perasaan tulus dengan sebuah rasa kasihan. Yoon Jeonghan As Caka Radhitya Irfandi # 2 - yoonjeonghan (19-05-22) # 1 - partoflife (23-04-22) # 1 - riri (21-06-24) # 9 - cakrawala (29-08...