01. Si Tukang Ngintip

3.7K 182 182
                                    

"Ratih!" teriakku pada Ratih.

Ratih menoleh dengan wajah ketusnya. "Apa sih?"

Aku menghampiri Ratih dengan napas terengah-engah. "Lo gak sadar? Tadi ada cowok, ngintip kalian ganti baju?"

"What? Seriusan Lo?" sergah Firly menghampiriku dengan wajah terkejut.

"Serius! Pas tadi gue mau masuk, gue liat dia ngikutin kalian, masa kalian gak tahu?" tekanku

"Nas, gue yang paling terakhir keluar dari toilet dan gak ada siapa pun di sana," timpal Ratih.

Aku mengembuskan napas kasar. "Kenapa Lo gak liat sih, jelas-jelas tuh cowok ngetawaiin gue pas ketahuan."

Firly memeluk tangan Ratih. "Tih, kalau bener gimana dong, gue malu."

Ratih yang perawakannya datar, menatap tajam Firly. "Udah, gak ada siapa-siapa di sana, kalau pun ada gue gak bakal diam aja tadi." Sembari melepas cekalan Firly.

"Tapi, gue liat Ratih!" ucapku penuh penekanan.

"Udah, deh Nas, kalau Lo yakin ada yang ngintip, Buktiin kalau apa yang Lo liat itu bener," ucap Ratih dengan tatapan datarnya.

Ratih langsung pergi meninggalkanku bersamaan dengan Firly. Dia sama sekali tidak percaya ucapanku. Bagaimana mungkin dia tidak melihat, jelas-jelas laki-laki itu mengintip mereka di toilet wanita. Ah, aku sangat kesal! Oke ... Aku harus mencari lelaki itu.

Aku kembali ke toilet sembari membawa baju olahraga, aku akan berganti pakaian dengan cepat takut si pengintip itu ada, lalu mengintipku.

"Bismillahi laillahaillahu," ucapku dalam hati sebelum berganti pakaian.

Setelah beberapa menit, tubuhku sudah berpakaian olahraga. Tinggal sekarang aku cepat-cepat ke lapangan agar tidak di marahi oleh pak Ahmad---guru olahraga kelas 10. Saatku membuka pintu toilet, netraku berhasil menemukan laki-laki pengintip itu.

"Heh! Kamu ngintip, yah?!" teriakku penuh amarah. "Bisa-bisanya, yah Lo ngintip gue ganti baju, Lo harus dikasih pelajaran kayaknya!"

Aku langsung membawa sapu yang tersimpan di sana, lalu melayangkannya untuk memukul laki-laki di hadapanku ini.

"Eh, stop stop, jangan pukul gue!" teriak laki-laki itu sembari tangan melindungi dirinya dari pukulanku.

"Apa, hah? Lo perlu di lapor di ke BK?" Amarahku menggebu.

"Oke, oke ... Gue bisa jelasin, gue benar-benar gak ngintip Lo, gue gak liat apa-apa, serius!" racaunya.

"Gue gak percaya pasti Lo ngintip gue, iya 'kan?" tanyaku dengan darah yang seakan-akan meledak. "Awas ya, kal--"

"Nashita!" teriak seseorang memotong ucapanku, lalu aku menoleh pada orang yang memanggilku, ternyata Ratih.

Aku segera menghampiri Ratih. "Ratih, itu cowok yang tadi ngintip kalian." sembari menunjuk ke arah laki-laki itu. Namun, saat aku ingin menunjukkan pada Ratih laki-laki itu sudah tidak ada.

Ratih menatapku datar. "Mana gak ada?"

Aku menggigit jari, jelas-jelas tadi ada, tapi sekarang ke mana?  benar-benar menyebalkan.

"Udah, deh pak Ahmad udah ngabsen dan Lo masih di sini, ayo cepet," ucapnya dengan nada kesal.

Aku mengembuskan napas, baiklah aku sudah telat absen, aku tidak mau mengurangi nilai sekolahku. Baru saja aku masuk ke sekolah menengah tidak mungkin aku harus menjadi biang onar di kelas.

Aku masuk ke sekolah MAN Al-Faraz, Madrasah Aliyah terbaik di kota ini dan aku baru duduk di kelas 10 IPS 1, orang tuaku sengaja mendaftarkanku di sekolah ini, katanya agar aku bisa belajar agama dan ikut ayah bekerja di kota ini. Sejujurnya aku kurang suka di sekolah madrasah Aliyah karena aku kesulitan untuk menghafal.

Hantu GalauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang