4

1.6K 184 1
                                    

Tepat keesokkan harinya, Chaeyoung keluar dari kamarnya dengan mata yang sembab, sebenarnya Chaeyoung malas. Tapi tadi Jisoo memanggilnya untuk turun ke bawah karena kuasa hukum dari neneknya hadir untuk memberikan surat wasiat dan harapan terakhirnya.

Semua sudah hadir kecuali dirinya, dengan langkah gontai Chaeyoung berjalan dan duduk di kursi yang kosong.

"Perkenalkan saya Tuan Lee, selaku kuasa hukum. Ny Kim." ucap pria yang umurnya berkisar 40an tahun itu.

Semua menganggukkan kepalanya mengerti. "Saya akan membacakan surat yang ditulis oleh beliau terlebih dahulu."

Setelah membacakan surat yang berisikan wasiat kekayaan dan harapan agar cucu-cucunya dapat menikah dengan orang baik. Tuan Lee memberikan surat khusus kepada Chaeyoung.

Chaeyoung menerimanya dengan ragu dan mengeluarkan mimik wajah bertanya.

"Ini adalah surat yang ditulis langsung oleh nenekmu." jelas Tuan Lee.

"Apakah hanya Chaeyoung yang mendapatkannya?" tanya Joy kepada Tuan Lee.

Jennie memukul paha Joy yang berada disampingnya. "Ini bukan saatnya untukmu protes."

"Aku hanya bertanya bukan protes." kesal Joy pada Jennie yang membuat mereka saling menatap dengan tatapan tajam.

"Baiklah tidak ada lagi yang ingin saya sampaikan, apakah ada pertanyaan?" ucap Tuan Lee membereskan dokumen yang cukup berserakan di meja.

Semua menggelengkan kepalanya. "Baik, saya pamit, jika ada masalah dapat menghubungi saya, terimakasih."

"Aku ingin ke kamar." ucap Chaeyoung diberikan anggukan oleh yang lain, setelah Tuan Lee sudah pergi.

"Joy..." panggil Jennie membuat Joy menoleh ke arahnya.

Jennie menampar pelan pada Joy karena gemas. "Akh! Ya!!" teriak Joy kesal dengan memegang pipi mulusnya.

Semua terkekeh pelan.

"Sangat tidak jelas!" kesal Joy

"Apa Chaeyoung baik-baik saja?" tanya Wendy.

Irene menatap Wendy lalu menganggukan kepalanya. "Kurasa iya."

"Tapi biar bagaimana pun dia tetap merasakan kehilangan." ucap Jisoo

"Itu sudah pasti." ujar Seulgi.

🌹

Chaeyoung tidak baik-baik saja. Dia duduk di kursi belajar dengan surat yang berada di tangannya. Tanpa sadar Chaeyoung meneteskan air matanya kembali.

"Aku sangat cengeng." gumam Chaeyoung menyeka air matanya dengan kasar.

Chaeyoung membuka suratnya dan terlihat selembar foto Eomma-nya dengan pria lain juga selembar kertas yang berisi surat.

Chaeyoung-ah, jika kau membaca surat ini maka aku sudah tidak ada dan sudah seharusnya kau mengetahui siapa ayah kandungmu. Ayah kandungmu adalah sosok yang baik, namun dia menjadi tidak terkendali dikarenakan Aku yang melarang dirinya untuk menikahi Eomma-mu.

Jika kau ingin mengetahui asal usul mu, kau boleh mencari ayah kandungmu, namun yang harus kau ingat. Kakak dan adikmu, tidak mengetahui hal ini, pertimbangkan dan buat mereka menerimamu.

Karena aku sudah tidak ada,

Chaeyoung berhenti membaca dan semakin menangis karena isi surat tersebut yang selalu menegaskan bahwa nenek tersayangnya sudah tidak ada.

Setelah merasa tenang Chaeyoung memutuskan untuk membacanya kembali.

Jangan menangis dan jangan bersedih, aku tidak akan menyukainya, Chaeyoung akan lebih dan sangat cantik saat tersenyum.
Halmoeni sangat menyayangimu...
Saranghae...
Mianhaee...

Uri Chaeyoungie...

"Halmoeni... Kenapa kau sangat jahat...." lirih Chaeyoung meremas surat tersebut dengan pelan dan menjatuhkan kepalanya pada meja yang ada di depannya.

Chaeyoung menegakkan tubuhnya setelah mengingat ada selembar foto yang berada diamplop tadi. Chaeyoung mengambil foto tersebut dengan menyeka air matanya kasar.

Chaeyoung memperhatikan sosok tersebut. "Aku membencinya karena telah menghadirkanku."

Chaeyoung meremas foto tersebut bahkan merobeknya Karena tidak ingin melihatnya lagi. Chaeyoung memutuskan untuk tidak mencari ayah kandungnya dan fokus pada keluarganya saat ini.

🌹

"Apa!? Dia sudah kembali!?" bentak seorang pria paruh baya kepada anak buahnya.

"Iya tuan, dan Ny Kim sudah meninggal dan baru dimakamkan kemarin."

Plakkkk!

Pria paruh baya tersebut menampar anak buahnya "Mengapa kau tidak memberitahukan pada ku sejak awal!?"

"Ma-aaf tuan... Saya menyesal." ucap anak buahnya dengan membungkuk.

"Pergilah...." ucap pria paruh baya tersebut dan mengusap wajahnya dengan kasar tanda frustasi.

Tanpa sadar seorang anak sedang mengintip Ayahnya yang sedang memarahi anak buahnya.

Dengan penasaran anak tersebut melangkahkan kakinya menuju ruang kerja sang Ayah.

"Maafkan Appa Chaeyoungie..." ucap Ayahnya memegang sebuah foto dan ditaruhnya ke dalam laci.

Anak tersebut sangat terkejut dan memutuskan untuk melihat foto itu. Setelah Ayahnya pergi meninggalkan ruang kerjanya.

🌹

"Iyaa tenang saja, kita sudah memastikan bahwa perjodohan ini akan membuat perusahan menjadi satu. ku harap kau tidak akan melupakan kerja sama kita Tuan Kim!" ucap Hae Jin mematikan telepon dan menaruhnya ke dalam saku.

Chaeyoung yang tadi keluar untuk mengambil minum melihat pamannya sedang berada di pinggir kolam bertelepon dengan seseorang, karena penasaran dia memutuskan untuk mengintip serta menguping.

"Perjodohan?" batin Chaeyoung.

"Sejak kapan kau di sana?" tanya paman saat berbalik dan menemukan Chaeyoung yang sudah berada dibelakangnya.

Chaeyoung mengatur mimik wajahnya agar tidak terlihat terkejut. "Baru tiba. Wae?  Kau terlihat tidak ingin aku mendengar pembicaraanmu itu."

Sang paman tersenyum miring. "Anak yang tidak diharapkan sepertimu tidak pantas berada di sini." melangkah mendekati Chaeyoung.

"Pergilah kau hanya hama!" bisik Hae Jin meninggalkan Chaeyoung yang tanpa sadar menggenggam gelas hingga pecah dan membuat telapak tangannya terluka.

"CHAEYOUNG!"


To Be Continued
17/12/21

THANKS FOR READING!🥰❤️

BlackVelvet || That's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang