35

563 102 9
                                    

Chaeyoung mengernyitkan matanya melihat motor Rosé berada diparkiran. "Anak itu benar-benar" gumam Chaeyoung sembari memijat kepalanya pening. 

"Chae!!" panggil Jaehyun menghampiri Chaeyoung. "Kenapa kau ada disini?" tanya Chaeyoung yang lagi-lagi bingung melihat Jaehyun menghampirinya.

Jaehyun juga heran dengan pertanyaan Chaeyoung. "Kau yang menelepon untuk hadir di sini." menunjukkan ponselnya pada Chaeyoung. 

Chaeyoung tidak bergeming. "Chae! tunggu Eonnie.." ucap Jisoo terengah karena sedikit berlari. Chaeyoung menoleh dan menyisir rambut malas. "Eonnie di dalam saja, aku tidak apa." ucap Chaeyoung menarik Jaehyun untuk pergi bersamanya. "Chae, tunggu.." 

"Tidak perlu menahanku, Eonnie.." ucap Chaeyoung menghempaskan tangan Jisoo yang menahannya. Hae in yang menghampiri Jisoo berjaga menahan Jisoo dibelakangnya. 

"Hyung.." panggil Jaehyun menyapa Hae In, dan Hae In membalasnya dengan mengangguk. 

"Aku tidak menahanmu agar tidak pergi.." ucap Jisoo memandang Chaeyoung absurd. 

Dengan wajah yang berfikir Chaeyoung menatap Jisoo bingung. "Aku menahanmu, karena melihat motormu, kau ingin meninggalkannya begitu saja?" 

Chaeyoung memutar matanya malas, sial dirinya kira karena Eonnie-nya menahan agar tidak pergi, tapi ternyata karena motor. "Kau yang bawa.."  ucap Chaeyoung melempar kuncinya pada Jaehyun. "Mobilku?" tanya Jaehyun setelah menangkap kunci dari Chaeyoung. "Biar Hyung saja yang urus, kau jaga Chaeyoung." ucap Hae In membantu, Jaehyun menganggukkan kepalanya paham. "Anak itu.." geleng Jisoo yang paham perasaan Chaeyoung.

🌹

"Bagamana Chaeyoung bukan adik kandung kita?" tanya Joy menggelengkan kepalanya terkejut. 

"Maldo andwe." ucap lirih Jennie. 

"Bagamana bisa?" Lisa dan Yeri bertatapan bingung.

"Tidak, aku melihat Eomma mengandung Chaeyoung.." ucap Irene yang membuat Seulgi dan Wendy juga yakin bahwa mereka mengingat ibunya mengandung dan melahirkan Chaeyoung. 

"Kalian tidak perlu tahu." ucap Hae Jin tersenyum senang karena berhasil membuat mereka kakak adik bersaudara kacau.

"Paman Hae Jin yang membuatnya." ucap Jisoo ambigu yang membuat semuanya terkejut, kecuali Yeri yang heran. 

"Jadi Chaeyoung anaknya paman?" tanya Joy yang salah paham dengan perkataan Jisoo.

"Jika seperti itu, berarti Chaeyoung tetap adik dan kakak sepupu kita.." ucap Lisa logis.

"Tapi paman berbuat buruk pada Eomma, kenapa paman begitu jahat?" ucap Jennie dengan tatapan tajam menusuk Hae Jin. Sedangkan Jisoo baru menyadari kesalah-pahaman dari maksud perkataannya tadi. "Bukan ituu kakak dan adikkuu, secara garis besar Chaeyoung memang bukan adik atau kakak kandung kita." ucap Jisoo meluruskan.

"Jisoo kau tahu sesuatu?" tanya Irene dengan tatapan yang tajam membalas ucapan Jisoo.

"Aku tahu banyak." jawab Jisoo dengan nada sombong. Seulgi memutar bola matanya malas.

"Ceritakan pada kami!" Wendy mengeluarkan suara dengan nada perintah yang tidak sabaran. 

"Baiklah akan ku ceritakan, tapi biarkan aku memberikan bukti-bukti kepada pihak kepolisian terlebih dahulu untuk menjerat paman Hae Jin lebih berat lagi." ucap Jisoo berjalan menuju Hae Jin dan membisikkan sesuatu. "Selamat berada di jeruji besi paman, semoga hidupmu menyenangkan." lalu pergi ke luar dari ruangan intrograsi itu.

"Kau sangat jahat paman!!" ucap Yeri kecewa.

"Aku tidak menyangka kau akan seperti ini." ucap Lisa.

"Aku harap aku tidak pernah mengenalmu." ucap Jennie.

"Aku menyesal sudah berbuat baik padamu." ucap Irene.

"Aku akan membuat hidupmu lebih menderita dari ini." ucap Seulgi 

"Aku akan mencari bukti untuk membuat kau lebih menderita." ucap Wendy 

"Aku tidak akan pernah ingin melihat mu lagi." ucap Joy.

Mereka semua satu-persatu membisikkan kalimat yang membuat Park Hae Jin tertegun. Ini semua sudah pernah dia prediksi, tapi mengapa rasanya sakit? ingin meminta maaf pun percuma dia sudah basah dengan keburukkan yang pernah dilakukan terutama pada Chaeyoung hingga gadis itu mempunyai alter ego yang membuat hidup Chaeyoung menjadi tidak tenang saat ini. 

"ARRGHHHH..." teriak Hae Jin memukul meja hingga polisi harus lebih menenangkan Hae Jin.

🌹

"Semua sudah terbongkar." ucap Chaeyoung lega menatap sungai han dengan tersenyum. 

"Aku tidak." ucap Jaehyun datar menatap Chaeyoung. 

Chaeyoung menghadap Jaehyun heran. "Ada apa denganmu?" 

"Ku rasa aku tidak dapat menahannya lagi." ucap Jaehyun.

Dengan rasa was-was Chaeyoung menatap Jaehyun curiga. 

"Menurutmu, jika kau mempunyai Ibu yang harus menderita dikarenakan Ayahnya memiliki anak dari perempuan lain, bagaimana perasaanmu?" tanya Jaehyun menatap Chaeyoung tajam, tidak ada tatapan sayang yang terlihat hanya tatapan benci dan tajam. Chaeyoung merasa Jaehyun bisa membunuhnya saat ini.

"Kau selama ini? menahan itu semua? wae?" tanya Chaeyoung berusaha untuk tenang dan tidak terintimidasi. 

"Kau tahu, dihianati oleh orang yang sangat dipercaya akan sangat menyakitkan?" ucap Jaehyun dengan senyum ceria namun menyeramkan yang tidak pernah Chaeyoung lihat selama ini.

Perkataan Jaehyun berhasil membuat Chaeyoung menitikkan air matanya, Jaehyun benar rasa sakit hati yang ada padanya saat ini sangat menyakitkan.

"Terimakasih sudah berbuat banyak untuk ku dan maaf karena telah hadir di hidupmu." 



To Be Continued
09/08/24

THANKS FOR READING AND VOTE!
luv!❤️🥰

21.30

Double up nih ehehehe
ada yang nyangka ga jadi kayak gini alurnya? ✌🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BlackVelvet || That's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang