13

1.2K 183 2
                                    

"Ya! Tidak bisakah kau mengetuk pintu?!" ucap Joy melepaskan masker wajahnya secara kasar.

"Tutup mulut sampahmu!" ucap Rosé menunjuk mulut Joy dengan tatapan tajam. Joy melihat heran Rosé yang ada dihadapannya saat ini, ini tidak seperti Chaeyoung, pikirnya.

Lisa yang sedang mengerjakan tugas pun ikut masuk ke dalam kamar Joy tergesa-gesa, bersamaan dengan Yeri yang juga dengan cepat menarik lengan Rosé meminta Rosé untuk tidak melanjutkan.

"Ada apa? mengapa Chaeyoung terlihat marah?" tanya Lisa bertanya menatap mereka semua, sedangkan Joy hanya mengendikkan bahunya.

Karena tidak ada yang menjawab, Lisa bertanya kembali pada Yeri yang sedang berusaha membawa Rosé keluar dari kamar Joy. "Yeri katakan, ada apa?"

Yeri hanya menggelengkan kepalanya. "Chaeyoung Eonnie jebaall, jangan seperti ini." Mohon Yeri agar tidak memperpanjang  masalah.

Rosé hanya cuek dan terus menatap Joy mengintimidasi. "Wae? Ada apa ini? Kami semua mendengar kalian." ucap Jennie mewakili yang lain dibelakangnya.

"Aku tidak, aku ditarik olehmu." ujar Jisoo masih kesal karena Jennie menariknya begitu saja tanpa penjelasan, dan terpaksa melepaskan earphone dan game ponselnya begitu saja.

Wendy menepuk pundak Jisoo, memberikan tanda untuk berhenti mengeluh disaat yang tidak tepat, Jisoo mengelus pundaknya dengan bibir yang mengerucut.

"EONNNIEE!" teriak Yeri memutar Rosé paksa agar berhadapan dengannya. Yeri sudah menitikkan air matanya kembali saat menatap mata Rosé yang tajam.

Rosé yang menatap Yeri ikut merasakan kesedihan yang mendalam, seperti luka yang telah kering namun sobek kembali. Oh tidak, sepertinya ini mengingatkannya pada masa lalu kelam dari Park Chaeyoung.

"Wae? Katakan! mengapa kau tidak pantas dilahirkan?" ucap Rosé dengan mata memerah, menatap Yeri.

"Apa berbicara kepada adiknya bahwa dia tidak pantas dilahirkan adalah masalah kecil? itu menyakiti perasaanmu bukan?" lanjut Rosé menusuk tatapannya pada Yeri.

Yeri tidak menjawab, melainkan Yeri menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan menangis terisak, ucapan kakaknya ini benar-benar masuk ke dalam hatinya.

Lisa yang melihat Yeri merasa iba lalu memeluknya. Sepertinya Lisa mulai paham apa yang terjadi, karena pasti tidak jauh dari masalah tadi saat Yeri meminta maaf pada Joy. Lisa sudah memperingatkan Joy tadi, namun karena Joy sedang memiliki mood yang buruk semua kata-kata yang keluar tanpa dipikirkan terucap begitu saja.

"Bukankah aku benar? Eomma pergi karena melahirkannya!" ucap Joy sedikit berteriak kesal.

Plakk

"Jaga ucapanmu Joy!" ucap Irene setelah menampar Joy.

Joy memainkan lidahnya di pipi saat rasa sakit mulai menjalar di pipinya. Dengan senyum yang mengejek Joy mengucapkan kata-kata yang tidak disukai oleh Rosé.

"DIA MEMANG TIDAK SEHARUSNYA DILAHIRKAN!"

"JOY!" Bukan, ini bukan teriakkan menegur, melainkan teriakan panik yang lain saat melihat Rosé mencekik leher Joy.

"KATAKAN SEKALI LAGI DAN AKU AKAN MEMBUNUHMU!" teriak Rosé dengan emosi yang sudah menguasai dirinya.

"PARK CHAEYOUNG LEPASKAN!" teriak panik Irene berusaha melepaskan tangan Rosé dari leher Joy.

"Eoo...niii...eee.." ucap Joy dengan nafas tercekat dan muka memerah berusaha untuk mengambil nafas.

Seulgi menarik Rosé dengan kasar hingga berhadapan dengan dirinya.

Plakkk, terdengar suara tamparan diseluruh ruangan yang berbunyi lebih nyaring dibandingkan tamparan awal Irene dengan Joy.

Seulgi menampar Rosé hingga meninggalkan luka di sudut bibirnya. Lisa melihatnya dan reflek memejamkan mata karena dirinya sangat tidak menyukai darah.

Joy terbatuk-batuk, dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, dibantu dengan yang lain menepuk punggung Joy, Wendy memberikan air minum pada Joy yang disambut tangan gemetar.

"KAU HAMPIR MEMBUNUHNYA BODOH!" teriak Seulgi pada Rosé.

"Inikah Park Chaeyoung? Sudah berapa manusia yang kau bunuh? Huh?" lanjut Seulgi sedangkan Rosé berusaha menetralkan emosinya dengan nafas yang bergerak naik turun.

"JAWAB AKUU BODOH!"

"Seharusnya dia meminta maaf!" ucap Rosé penuh penekanan. Rosé melihat Joy, lalu pergi dengan memecahkan kaca meja rias Joy yang tidak jauh dari jangkauannya. Terlihat darah yang mengalir di punggung tangan kanannya, bersama dengan bercak darah di kaca yang sudah pecah.

Jennie dengan cepat menutup mata Lisa agar Lisa tidak melihat darah yang mengalir cukup deras.

Yeri semakin merasa bersalah, secara diam-diam pergi ke dalam kamarnya. Jennie menutup mata Lisa untuk menuju kamarnya. Irene dan Seulgi menangkan Joy,  sedangkan Wendy dan Jisoo merapikan kamar Joy dari kaca yang berserakan berserta darah yang tercecer.

🌹

Sungai Han merupakan tempat yang tepat untuk menyendiri dikala keadaan tidak sesuai dengan harapan.

Di sini Rosé saat ini, setelah dirinya mengambil kunci motor dan permen karet di kamarnya. Rosé berusaha menenangkan dirinya dengan mengunyah permen karet.

Sebelum itu dirinya juga menghentikan darah yang mengalir ditangannya dengan perban secara asal.

"Chaeyoung!" panggil seorang pria membuat Rosé mengerutkan keningnya.

"Ini sudah malam, untuk apa di sini?" ucap pria itu setelah berada di hadapan Rosé.

Rosé melengos pergi tanpa mempedulikan pria itu.

🌹

Suasana pagi hari cukup mencekam, Chaeyoung turun dengan perasaan gelisah.
Dirinya tidak mengingat apapun setelah merasa terakhir berada di kamar Yeri,  tangannya yang terluka cukup membuat Chaeyoung sadar bahwa Rosé memang mengambil alih tubuhnya, bungkus permen karet juga membuktikan spekulasi tersebut.

Seulgi bahkan saat ini menatap Chaeyoung tajam, sedangkan yang lain bersikap tidak peduli seolah-olah tidak ada Chaeyoung disekitarnya.

Yeri menundukkan kepalanya saat tidak sengaja bersitatap dengan Chaeyoung.
Sedangkan Joy bahkan tidak berani melihat ke arah Chaeyoung.

"Apa yang telah terjadi?" Batin Chaeyoung.


To Be Continued

27/05/22

THANKS FOR READING AND VOTE!
luv!❤️🥰

07.00

BlackVelvet || That's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang