3. Introduction

4.4K 170 10
                                    

*Spoiler: Ada perkenalan karakter dan informasi penting di akhir. Pastiin baca sampe akhir ya!

---

Lucia's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucia's POV

Aku tidak punya mood untuk belajar sekarang. Malam ini hanya merebahkan diri di kasur yang selalu aku tempati kalau tinggal di rumah ibu. Kamar kecil yang sudah lapuk karena rumah ibu hanya punya dua kamar, kamarnya dan kamar ini.

Ah, keindahan kamar itu tidak penting. Yang penting aku punya tempat untuk tidur yang layak saja sudah cukup. Terdengar menyedihkan, ya?

Meskipun badan ini rebahan, kepalaku terus memikirkan perkataan ayah tadi. Aku benci nenek lampir itu, dia pasti yang menghasut ayah. Yang paling aku kecewakan adalah... ayah menuruti perkataan istrinya itu.

Tidak hanya ayah, ibu juga mengecewakanku, seperti biasanya. Sejak lama, ibuku mengidap penyakit mental soal makanan yang membuat dia kurus kering. Hal itu ibu dapatkan karena toxic nya dunia balet.

Ibu harus mempertahankan berat badannya saat masih muda dan pelatihnya pun menyuruhnya untuk kurus agar 'enak dilihat'. Sampai saat ini, eating disorder yang dimiliki ibu semakin parah, bertepatan juga ia berprofesi menjadi pelatih sebuah klub balet.

Ia menyuruh semua murid baletnya untuk menjaga badannya sekurus mungkin. Banyak murid yang keluar dari kelas ibu karena peraturannya sangat ketat. Hingga ibu semakin stres dan entahlah... mungkin gila.

Hal itu juga yang menjadi aspek terbesar kenapa ayah menceraikan ibu. Penyakit mental itu hingga kini tidak lepas darinya. Buktinya saja aku yang tiap bertemu dengan ibu, selalu dikomentari fisiknya. Muridnya saja tidak kuat dengan komentar ibu, apalagi aku yang hampir 18 tahun hidup dikomentari dan bahkan tidak diberi makan.

Aku harus mempertimbangkan tawaran tadi. Sepertinya aku akan lebih nyaman tinggal sendiri dari pada harus seperti ini terus. Bertengkar dengan ayah, istri ayah, dan mendengar komentar ibu.  Aku harus bisa belajar dengan tenang untuk olimpiade internasional dan membuat Bu Serra percaya bahwa aku bisa lebih baik lagi.

"Sudahlah,"

Aku tidak mau pusing memikirkan ini sekarang. Aku meraih ponselku dan langsung membuka Instagram untuk mencari hiburan. Kebetulan sekali, Syd mengunggah sesuatu diceritanya. Siapa lagi yang sering liat cerita orang kaya dan populer sebagai hiburan selain aku?

"Congrats Sydney! Lo keren banget, deh!"
"Kami, cheers sekolah, mengucapkan selamat kepada kapten kita, Sydney!"
"Gilaaa gue bangga banget sama lo syd,"

Seperti yang aku duga, Sydney banyak mengunggah ulang cerita Instagram teman-temannya sampai titik-titik. Tapi tebak apa? Aku tetap menontonnya sampai habis tanpa di-skip sekalipun. Pernah merasa gak? Turut senang, seru, sedih mendadak, atau kesal sendiri karena gak relate sama orang yang kita tonton ceritanya. Ya itu lah yang selalu aku rasain pas liat kehidupan Sydney.

Teacher's Pet (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang