Kisah terlarang antara siswi berprestasi, Lucia Amanda, dengan seorang guru pengganti, William Hugo.
⚠️ Perhatian :
NSFW, 18+, mengandung bahasa kasar, vulgar, dan seksual. Harap bijak dalam membaca.
---
Lucia Amanda, seorang gadis yang kurang beru...
Notes: Jangan lupa buat vote dan comment yaa buat yang mau Sya lanjutin story ini 🥺 Butuh penyemangat supaya berenergi buat lanjutinnya.
Sebelum lanjut, absen dulu yuk!👀 Sebutkan inisial nama kamu: ____
---
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Author's POV
Gadis berambut cokelat cenderung pirang meregangkan tangannya lalu merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Ia bernapas lega karena kegiatannya mulai dari pagi hingga sore hari ini sudah selesai.
"Waktunya rehat," lenguh Sydney.
Namun rehatnya anak muda bukan secara harfiah tidur atau bersantai. Sydney mengambil hp nya dan membuka chatting apps serta aplikasi media sosial yang belum sempat ia buka beberapa jam ini.
Gadis itu membalas beberapa pesan dari orang-orang yang menurutnya penting, atau dari orang dan grup yang ia sematkan di aplikasi chatnya. Terkadang senyumnya merekah saat membalas pesan-pesan mereka.
Tak lupa, ia juga menanyakan apakah teman dekatnya, Lucia, telah pulang dengan selamat mengingat kejadian memalukan sore tadi. Bagaimana tidak malu? Orang ia menegur dan secara tidak langsung menuduh seorang guru baru menguntili anak-anak cheers?
'Ish bodoh!' rutuk Sydney dalam hati mengingat kejadian memalukan tadi.
Tok Tok Tok
"My Princess, dinner's ready!" ketukan pintu tadi berasal dari papi Sydney yang mengajak Sydney untuk makan malam.
Sematan 'princess' oleh orang tua mungkin sangat cringe untuk beberapa anak. Namun hal ini sudah menjadi tradisi dan kebiasaan keluarga Sydney. Sangat terlihat kan kalau Sydney sangat dimanja keluarganya?
"Wait ya pap," respon Sydney, melirik sedikit pada papi nya lalu kembali menatap layar smartphone nya.
"Princess papi lagi sibuk apa?"
"Bales chat temen-temen dulu sebentar, Pap. Daritadi numpuk belum sempat Sydney bales."
"Oke deh. Eh, Sydney jadi acara weekend?" Pertanyaan papi mengundang perhatian Sydney yang sejak tadi terfokus pada ponsel.
Sydney menjadi sedikit ketar-ketir dalam batinnya, karena ia beralasan acara yang diadakan di rumahnya Sabtu nanti hanya sebatas makan malam saja. Padahal, kenyataannya... sama sekali tidak family friendly. Paling tidak, ia tidak berbohong. Begitu alibinya.
