33. Punishment (+++)

5.1K 69 18
                                    

*Notes: Hi ❤️ Maaf ya gais kalo publishnya lama. Sejujurnya karena Sya nunggu ramai dulu readers dan commentsnya. Cuman memang sepi. Sya harap kalian bisa banyakin komen ya, supaya tambah semangat nulisnya. Sya udah kepikiran alternatif buat cepet nuntasin cerita ini, jadi banyak dicut dan gak akan terlalu panjang deh ceritanya supaya kalian gak bosen. Apapun saran dan masukan kalian, akan Sya terima yah! Thanks!

*author edit (3/11/24): Sebelum melanjutkan, Sya mau kasih info kalau di part ini ada bagian yang ekstrim dan vulgar. Bagian itu akan di-unpublish, dan tersedia ke KK. Thank you!

---

"Theo, Austin, Kenzo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Theo, Austin, Kenzo. They all like you, right?" Aura dingin mencekam terasa di dalam mobil usai pertanyaan Hugo dilontarkan. Meski tatapannya yang tajam mengarah ke jalanan, tetapi Lucia dapat merasakan tertusuk oleh tatapan itu.

"Kenapa kamu nanyain mereka?" Lucia memalingkan wajahnya, sedikit takut dengan ekspresi kekasihnya saat ini.

"They like you, right?" tanya Hugo kembali ke topik. Lucia masih memutar otak supaya suasananya cair seperti biasa. Berdebat dengan pasangan itu biasa, terkadang bahkan Hugo membiarkan Lucia menang. Namun situasi kali ini berbeda, dinginnya Hugo menunjukkan bahwa dirinya sangat marah.

"Apa si, Babe? It doesn't matter,"

"You think i'm joking with my question?" Semakin lama Lucia merespon Hugo, semakin dingin pula balasan lelaki itu.

"A-aku nggak tahu dan nggak mau tahu, Babe. I don't care about them,"

"Oh ya?" tanya Hugo merasa skeptis tanpa ekspresi.

"Kamu nggak percaya sama aku?"

"Aku mau percaya, but you make it difficult to trust you,"

Sifat tertutup Lucia membuat Hugo sangat kecewa. Tak peduli kalau kekasihnya itu introvert, iapun sama. Tapi komunikasi dalam hubungan itu penting. Ia seakan tidak dipercayai sama sekali oleh pasangannya sendiri.

Belum lagi fakta bahwa Theo memberikannya hadiah dengan selembar surat tulisan tangan yang isinya romantis. Dia tahu, dan Lucia merahasiakannya. Kesabaran Hugo saat ini sudah habis.

"Aku lihat kejadian di aula tadi,"

"Kamu disana?!" Mata Lucia membulat sempurna. Sekarang ia paham mengapa Hugo bersikap dingin seperti ini.

"You told me that you're there, so i go," Rupanya, chat yang dikirimkan Lucia saat mengikuti langkah Ryan menuju aula membangkitkan Hugo untuk segera pergi ke aula. Tahunya, sesampainya disana ia justru melihat kekasihnya dilamar pergi prom bersama orang lain.

"Jadi kamu lihat semuanya?"

"Iya. I saw those bastards touching you," Lucia sedikit melirik pada Hugo dan mendapati rahang lelaki itu mengeras.

Teacher's Pet (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang