👀 Cukup Tau - Sepuluh

1.8K 234 9
                                    

Hai ketemu lagi dengan Anye dan keluar Cukup Tau.

Pada nungguin updatenya CT gak nih?

Sebelum itu, pastikan sudah tekan bintang dan jangan lupa berkomentar di sepanjang cerita nanti. Aku tunggu ya.

✨🩴✨

Acara untuk malam ini adalah bakar-bakar dengan diadakan game di pertengahan nanti.

Aku dan Iren duduk diantara anggota divisi kami. Menyaksikan acara api unggun yang diadakan di rooftop hotel.

Tanganku bergerak untuk memegang tangan Iren membuatnya menoleh dan tersenyum.

Tidak lama Kak Avin dan Pak Ezra datang dan ikut bergabung. Mereka duduk di samping Mas Wisnu yang di sebelahnya Teh Pipit yang sedang menyandarkan kepalanya dipundak suaminya.

"Menurut lo, kalau udah begini. Ada kesempatan gak buat gue dapetin Kak Lana?"

Aku terdiam, tidak langsung menjawab. Bingung juga harus mengatakan apa. Karna takdir sudah ditentukan dan aku tidak tahu itu.

"Kalau menurut gue. Gak ada harapan," ujar Iren yang menjawab pertanyaannya sendiri.

Tanganku terangkat untuk merangkul pundaknya dan mengelusnya lembut. Memberikan kekuatan padanya.

Tidak lama acara api unggun pun dimulai. Pak Dera dan Bu Jia, selaku pembawa acara malam ini berdiri dan menyapa kami semua.

Tidak lupa mereka juga memberitahu acara apa saja yang akan ada di malam ini.

"Pertama ada acara api unggun yang kita lakukan sekarang. Kedua apa Bu Jia?" Pak Dera memberikannya kepada Bu Jia, membuat supervisor produksi itu sempat tersentak kaget kemudian terkekeh.

"Kedua ada game. Pada penasaran gak nih gamenya apa?" tanya Bu Jia yang kita teriaki dengan kata 'Gak tau.' Bu Jia terkekeh. "Baiklah Pak Dera akan menjelaskannya. Silahkan Pak Dera."

Pak Dera terlihat menatap sebal Bu Jia namun kepala divisi uji coba itu langsung tersenyum. "Saya jelaskan ya. Gamenya yaitu tebak gambar dengan rantai menyambung."

"Jelaskan lebih detail Pak Dera," ucap Bu Jia membuat Pak Dera mendesis namun kembali tersenyum saat tatapan matanya menatap ke arah kami semua.

"Jadi nanti kalian sebagai tim masing-masing akan melawan tim lain untuk tebak gambar. Orang terakhir yang tahu kata kuncinya harus memberitahukan kepada orang di depannya dengan menggunakan gerak tubuh. Tidak ada ucapan atau berbicara tanpa suara kepada teman setimnya. Jika kami mengetahui itu, kalian akan didiskualifikasi."

"Kedengarannya seru gak sih, Ren?" tanyaku dan melirik Iren yang hanya menatap lurus. Sikutku menyenggol tubuh Iren membuatnya tersentak dan menoleh.

"Ya? Kenapa, Han?" tanyanya linglung. Aku menghela napas, lagi-lagi aku memergoki Iren yang sedang melamun. Sudah berapa kali dalam satu jam ini dia melamun dalam kebisingan kami semua.

"Mau ke kamar aja, Ren? Izin gak enak badan," tawarku dan Iren menggelengkan kepalanya.

"Gue gak papa," ujarnya membuatku meragukannya. Mungkin karna tahu aku ragu, Iren memegang kedua tanganku dan tersenyum. Mencoba menyakiniku jika dirinya memang baik-baik saja.

Baiklah aku mengalah dan mengangguk. Membiarkan Iren yang kembali melamun. Entah apa yang sedang dia pikirkan hingga game dimulai.

🦻🦻🦻

Tanganku mengambil gelas yang ada di atas meja. Menyeruput minuman berwarna putih itu dan tersenyum lega.

Minuman bersoda yang disajikan di atas meja berhasil membuat dahagaku yang tadinya kering menjadi basah lagi. Dan itu melegakan.

Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang