👀 Cukup Tau - Enam

1.9K 240 16
                                    

Aku menghela napas lega, merebahkan badanku pada kasur. Rasanya nikmat, apalagi aku baru saja selesai mandi.

"Hah." Helaan napasku kembali terdengar. Mataku memejam dan tidak lama kembali terbuka saat sebuah pesan masuk yang menimbulkan suara dering sekejap dari ponselku.

Aku langsung terbangun dan mencari ponselku yang ternya ada di atas bantal. Dengan merangkak aku mengambilnya dan kembali rebahan.

Geno Ardama.
- Rujak jambu kristal.

bibirku tersenyum tipis membacanya, dan ibu jariku segera bergerak untuk membalas chat dari Geno barusan.

Gerhana.
- Lagi pengen geprek.

Geno Ardama.
- Geprek simpang, depan rumah sakit.
- Yok lah.

Gerhana.
- Siap-siap dulu.

Geno Ardama.
- Tunggu lobi yes.

Gerhana.
- Sip.

Setelah membalas chat dari Geno, aku segera berdiri dan mengambil cardigan biru dongker. Berjalan menuju meja riasku untuk mengambil karet rambut, memilihnya secara random dan mengikat rambutku kuncir satu di bawah.

Tanganku bergerak mengambil liptint dan memolesnya tipis, kemudian kembali melangkah menuju kasur untuk mengambil ponsel. Selepasnya berjalan keluar, menemui Geno yang pasti sudah menunggu di lobi.

Aku dan Geno memang tim pencari makan malam, apalagi saat habis pulang kerja.

Karna kami yang memiliki unit di apartemen yang sama, membuatku dan Geno menjadi dekat. Kami memang sudah bersahabat saat kami kuliah.

Aku melamar pekerjaan di kantor itu juga berkat Geno, dialah yang memberikan aku rekomendasi untuk melamar kerja di tempatnya bekerja. Karna dulu aku sempat menjadi pengangguran selama dua bulan. Dan hanya mengisi hari-hariku dengan menulis novel di aplikasi baca tulis gratis.

"Gen," panggilku yang membuatnya langsung menoleh.

Geno tersenyum dan mematikan layar ponselnya lalu memasukkan ponselnya di saku celananya.

"Naik motor saha?" tanyanya menatapku dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Motor lo lah," jawabku yang membuatnya mendengus, dan aku langsung terkekeh melihatnya.

"Seharusnya gue gak pura-pura nanya gitu sih. Karna gue tahu jawabannya," cetus Geno.

Aku masih terkekeh. "Lagian. Kalau udah tau kenapa masih nanya," sahutku yang dibalas dengan dengusan sebal darinya.

Kalian boleh mengatakan aku tidak modal, karna memang faktanya begitu. Karna setiap aku keluar dengan Geno, aku sama sekali tidak mau mengeluarkan si Cantika - motor kesayanganku yang baru turun beberapa minggu yang lalu. Aku akan selalu meminta menggunakan motor Geno.

Aku naik ke boncengan motor Geno. Jenis motor Geno ini adalah jenis motor yang lumayan tinggi, yang naiknya harus menginjak footstep terlebih dulu dan baru naik.

 Jenis motor Geno ini adalah jenis motor yang lumayan tinggi, yang naiknya harus menginjak footstep terlebih dulu dan baru naik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang