👀 Cukup Tau - Tujuhbelas

1.6K 198 9
                                    

Aku memutar bola mataku malas saat Kak Avin menyuruhku untuk melihat berkas yang ada di dalam tasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memutar bola mataku malas saat Kak Avin menyuruhku untuk melihat berkas yang ada di dalam tasnya. Apakah dia sudah membawa berkas yang benar atau salah bawa.

"Memangnya gak Bapak cek dulu sebelum memasukkan?" tanyaku yang sebenarnya malas harus melihat-lihat isi tas orang lain.

Namun meskipun begitu, aku tetap menuruti perintah Kak Avin. Takut di aung saja aku jika menolaknya.

"Berisik banget kamu. Repot memang hanya tinggal melihat berkas-berkas yang saya bawa benar atau tidak?" judesnya yang membuat tanganku gatal ingin sekali menjambak dan menonjok wajahnya itu.

Repot Pak. Sungguh bapak itu orang yang sangat merepotkan.

Ingin sekali aku berkata demikian padanya. Tapi aku hanya berani mengatakannya dalam hati saja. Tidak berani berkata langsung.

Tanganku mulai sibuk, melihat-lihat isi tas Kak Avin yang banyak sekali beberapa berkas-berkas. Entah berkas apa yang dia bawa ini.

Saat kepalaku sudah menteleng-teleng dan mataku menyipit menajamkan mata. Tiba-tiba gerimis datang dan berubah menjadi hujan yang membuat tanganku segera menseleting kembali tas Kak Avin.

Kak Avin langsung membelokkan setang motornya dan berhenti di depan warung yang sedang tutup.

Aku turun dari motor Kak Avin dan membersihkan tas Kak Avin yang terkena air.

Saat aku mendongak, melihat Kak Avin yang baru saja turun dari motor dengan mengibaskan rambutnya yang sedikit terkena air.

Jujur kuakui, jika Kak Avin memang tampan. Masih sangat tampan dengan yang kulihat saat SMA. Bahkan menurutku dia bertambah tampan saja setiap harinya.

Tidak. Bukan berarti aku kembali menyukainya. Itu salah besar. Aku hanya memukul ciptaan Tuhan yang ada di hadapanku saja.

Aku segera membuang muka ketika Kak Avin melirikku. Tidak boleh sampai terjadi aku terciduk sedang memperhatikannya. Bisa gengsi aku nanti.

Tidak lama ada beberapa pengguna motor yang ikut menuduh di tempat yang sama dengan yang sedang aku dan Kak Avin jadikan tempat meneduh. Yaitu depan warung yang sedang tutup, untungnya.

"Kak Avin eh maksudnya Bapak." Aku meralat ucapanku dan memejamkan mata sebentar kemudian kembali menatapnya. "Gak bawa jas ujan?" tanyaku.

Kak Avin mendengus. Kenapa juga harus mendengus membuatku kesal saja dengan Responnya setiap aku berkata.

Aku yang sedang kesal dengannya dikagetkan dengan bunyi dering ponselku yang membuatku menjadi rempong sendiri karna bingung harus mengambil ponselku bagaimana jika kedua tanganku saja sedang aku jadikan untuk memeluk tas Kak Avin.

"Minta tolong dong, ambilin hp, Pak," ucapku meminta bantuannya, agak ragu sih takutnya dia malah memarahiku. Jika hanya kita berdua saja sih gak masalah, tapi di sini bukan hanya ada aku dan Kak Avin saja. Ada sekitar empat orang lainnya.

Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang