👀 Cukup Tau - Duapuluh Dua

1.4K 159 6
                                    

Haii, ada yang kangen dengan CT gak nih? Udah sebulan lebih ya Anye gak update. Maaf ya.

Selagi baca, jangan lupa berikan dukungan berupa bintang dan juga komentarnya.

Gomawo🫶

🫰🫰🫰

Aku melirik Iren, kami sekarang berada di sebuah minimarket dekat apartemen. Sejujurnya aku ingin sekali menanyakan alasan dia berniat ingin pindah dari rumah mewahnya.

Iren yang aku tahu, dia tidak akan pernah ingin meninggalkan rumahnya. Terutama Maminya. Iren paling sayang dengan Maminya.

"Mau yang mana? Stroberi atau coklat?" tanya Iren sambil menunjukkan dua ice cream yang tadi memang kami beli.

"Coklat," sahutku dan Iren mengangguk kemudian memberikanku ice cream coklat.

Kami berjalan menuju kembali ke apartemen sambil memakan ice cream masing-masing. Kebiasaan aku dan Iren saat pulang sekolah dulu, ketika Iren tidak dijemput oleh Papinya.

"Ren," panggilku dan Iren hanya menyahutinya dengan berdeham. Dia masih sibuk dengan ice cream stroberi kesukaannya.

"Boleh gue tau?" tanyaku dan dia melirikku dengan kernyitan di dahinya.

"Tau apa tuh?"

"Alasan lo ... mau pindah dari rumah. Karna apa?" dan pada akhirnya aku juga menanyakannya. Dari pada aku penasaran dan terus bertanya-tanya, lebih baik aku langsung menanyakannya saja.

Iren melirikku dan tersenyum kecut. "Duduk dulu yuk, cuacanya cerah apalagi malam minggu," ajaknya dan berjalan menuju bangku taman yang terletak di pinggir jalan.

Aku menghela napas dan mengikutinya. Duduk di sebelah Iren yang masih sibuk menjilati ice creamnya.

Aku pikir, setelah duduk Iren langsung akan bercerita. Tapi dia malah kelihatan asik dengan kegiatannya sendiri. Aku pun tidak memaksanya, mungkin dia membutuhkan waktu.

Dan yang aku lakukan adalah, menemani Iren. Meskipun aku sangat capai dan ingin segera rebahan di atas kasur, karna baru sampai habis magrib tadi.

Iren melirikku dan tersenyum. "Lo nungguin gue cerita?" tanyanya dan aku mendengus.

"Gak juga. Kalau lo gak cerita juga gak papa," sahutku dan menghabiskan ice cream milikku yang memang tinggal sedikit.

Iren tersenyum kecut dan mengikutiku menyandarkan punggungnya. Tatapannya mengarah ke jalanan yang ramai pada malam minggu ini.

"Kemarin lusa ... Kak Lana sama Selena tunangan," ujarnya yang sudah bisa kutebak. Pasti masalahnya tidak jauh-jauh dari kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang Iren alami.

"Dan lo memutuskan untuk pindah?" tanyaku dan Iren mengangguk membenarkan.

"Gue pikir akan baik-baik saja saat gue berusaha bersikap bodoamatan. Tapi nyatanya, gak baik-baik saja," jawabnya dan tersenyum sambil menunduk.

"Terus yang lo liat di Bandung. Itu Selena ngapain?" tanyaku dan Iren langsung mendongak melirikku.

"Ternyata bukan Selena," sahutnya yang seperti bari ingat. "Ternyata itu Sandra," lanjutnya dan meringis. "Sumpah sih, dari belakang kok jadi kayak mirip Selena ya?" tanyanya bingung. "Apa karna mereka temenan? Kayak kita gini?"

Aku mengernyit. "Sandara siapa?" tanyaku penasaran, karna aku belum pernah mendengar nama itu. "Temen lo?" tanyaku lagi, yang siapa tau teman Iren saat kuliah dulu.

Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang