Boleh yuk mendengarkan lagu di atas saat membaca chapter ini.
Suaranya Omnya Anye lembut banget kan. Cocok nih buat chapter ini.
Berikan kupu-kupunya untuk Bapak Avin terhormat. 🦋
➖➖➖
Aku mengernyit saat mendengar suara dari arah dapur. Melangkahkan kakiku dengan pelan menuju dapur.
Mengintip lewat balik tembok. Dari suaranya sih aku jelas tahu siapa pemiliknya. Tapi kenapa suaranya terdengar sangat sedih.
Dan benar saja, saat aku menyembulkan kepalaku sedikit untuk melihat kejadian apa di dapur. Aku melihat Tante Gena dan Om Ajun yang sedang duduk di kursi stool dekat pantry.
Bukannya aku ingin menguping atau apa, aku hanya penasaran saja. Apalagi saat mendengar suara tangis Tante Gena, meskipun pelan tapi tetap terdengar sangat memilukan bagiku.
"Aku boleh gak sih cemburu?"
Aku mengernyit mendengarnya. Kenapa Tante Gena mengatakan hal demikian? Ada apa.
"Boleh, Ge." Om Ajun menyahut. "Tapi saya cuma bantuin Farya doang, gak lain."
"Mas Jun." Tante Gena memang memanggil Om Ajun dengan sebutan Mas Jun.
"Aku punya hati, Mas Jun. Apa kamu gak sadar?" tanya Tante Gena yang terdengar kecewa. "Aku tahu. Aku ngerti, Mas Jun."
Tante Gena turun dari kursi dan berniat ingin pergi, namun Om Ajun langsung menahan pergelangan tangannya.
"Mungkin kecemburuanku gak berdasar. Seharusnya aku sadar diri, sejak dulu aku gak pernah ada di hati kamu."
"Gena!" Suara Om Ajun terdengar lebih tinggi dari biasanya.
"Aku cuma pengganti, Mas. Dari sejak kita menikah. Aku hanya menggantikan posisi Farya. Dan kamu bertahan hanya untuk ... mereka." Tante Gena menarik napasnya. "Karna dulu aku hamil saat kamu sedang mabok. Saat kamu mencari Farya."
"Apa sikap saya kurang jelas ke kamu, Ge? Apa hanya sampai situ kamu melihat saya?" tanya Om Ajun terdengar kecewa.
"Ya. Hanya itu yang aku lihat," sahut Tante Gena. "Aku gak pernah lihat kamu memperlakukan aku seperti kamu memperlakukan Farya," lanjutnya yang sangat terlihat menahan emosinya.
Aku yang melihat Tante Gena yang akan mendekat segera buru-buru ingin pergi duluan. Takut terciduk jika aku sudah menguping pembicaraan mereka.
Badanku langsung terlonjat kaget saat melihat Kak Avin yang berdiri di belakangku saat aku baru saja membalikkan badan.
"Pak Avin ngapain?" tanyaku dengan suara berbisik tentunya. Takut Tante Gena dan Om Ajun dengar.
Kak Avin mengernyit. Mungkin karna aku yang berbisik padanya.
"Mau ambil minum," jawabnya santai. "Bolehkan saya ambil minum sendiri? Apa tidak sopan?"
Sebenarnya ya boleh. Bahkan boleh banget. Tapi masalahnya sedang urgent. Di dapur sedang ada Tante Gena dan Om Ajun yang sedang ribut.
"Jangan sekarang," cegahku saat Kak Avin baru saja ingin melangkah. Aku langsung menghadangnya tepat di depannya.
Kak Avin mengernyit. "Saya haus, Gerhana," ujarnya dan aku mengangguk.
"Iya, Pak. Tapi jangan sekarang," kataku yang kembali mencegahnya membuatnya berdecak.
"Terus kapan? Masa hanya ambil air minum saja harus nunggu," katanya yang terdengar sebal. "Sudah ah, awas saya haus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau [Tamat]
Fiksi UmumCERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜-𝙺𝚘𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗. "Kalau aku CH ₃CO ₂H sama kamu, boleh kan?" "Lambang nomor atom 31." ~***~...