Aku mendengus sebal, menatap ke arah belakang mencari keberadaan Kak Avin yang tadi menyuruhku keluar restaurant terlebih dulu.
"Jangan-jangan dia ninggalin aku? Dan aku seperti anak yang terlantar yang ditinggal Bapaknya," gumamku dengan khayalan konyol yang tiba-tiba saja melintas.
Aku langsung menggeleng. Mana mungkin Kak Avin meninggalkanku, sedangkan tas dan dokumen pentingnya saja masih ada di tanganku.
Rencananya aku ingin mengajaknya untuk mampir ke rumah nenekku yang memang kebetulan jaraknya dekat dengan keberadaan kita.
Karna besok ada rapat lagi dengan satu client lain. Aku dan Kak Avin harus menginap di Bogor untuk semalam. Mungkin aku akan memilih menginap di rumah nenekku saja dibanding harus mencari hotel atau apapun.
Jika Kak Avin sih, itu terserah dia. Bodoamat dia ingin tidur di mana aku tidak mengurusnya.
Aku mengernyit saat melihat Kak Avin yang berlari melawan gerimis. Dia seperti habis dari sebrang sana.
Yang membuatku bingung adalah. Kapan dia nyebrang? Dan kapan dia lewat? Sedangkan aku sejak tadi berdiri di depan pintu masuk restaurant.
"Kak eh bla." Aku membuang wajah sebal dengan mulut yang menghela kasar. "Bapak dari mana saja sih? Saya tungguin juga dari tadi," omel ku pada akhirnya.
Kak Avin mendengus dan tangannya terangkat memakaikanku topi berwarna hitam.
Mending jika dia memakaikannya dengan benar. Mataku saja sampai tidak terlihat karna dia memakaikannya secara asal-asalan.
Aku mendengus dan segera membenarkannya. Menatap sebal Kak Avin yang, aneh sekali. Kenapa ganteng.
Meskipun dia sedang dalam mode bengong dan sibuk membenarkan topinya yang menurutku gak harus ada yang dia benarkan sebenarnya.
Kak Avin menoleh, menatapku. "Kenapa diam? Hayuk," ajaknya dan berlari lagi menuju motor pcx-nya yang terparkir di parkiran restaurant.
Lagi, aku mendengus. Seharian berasa di dekat Kak Avin rasanya capek. Bahkan sangat capek.
Meskipun begitu, aku ikut berlari menuju Kak Avin yang sedang mengarahkan motornya ke jalan keluar.
Aku segera naik ke boncengannya, dan menaruh tasnya di tengah. Melindungi tas Kak Avin dari hujan dan sebagai batas antara aku dan dia.
"Kita cari oyo dulu buat malam ini," ujarnya yang membuatku melotot kaget.
"Heh. Kok oyo sih, Pak?" tanyaku terkejut dan menatapnya tajam dengan kepala yang meneleng.
Kak Avin menoleh sedikit. "Saya belum gajian. Kamu bisa bilang saja bokek untuk saat ini," sahutnya yang membuatku memutar bola mata malas.
"Dari pada ke oyo, kita ke rumah nenek saya saja, Pak. Dekat dari sini," saranku yang membuatnya kembali menoleh.
"Boleh tuh. Gratis kan?" tanyanya yang ingin sekali aku terkekeh mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau [Tamat]
General FictionCERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜-𝙺𝚘𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗. "Kalau aku CH ₃CO ₂H sama kamu, boleh kan?" "Lambang nomor atom 31." ~***~...