👀 Cukup Tau - Dua

2.8K 271 2
                                    

Tekan bintangnya dulu sebelum lanjut baca yuk.

Aku selalu nungguin apresiasi kalian untuk cerita-ceritaku.

👀

Tinnnnnn ... tinnnnnnnnnnnnn.

Aku menghela napas kasar. Suasana pagiku selalu saja diawali dengan masalah para pengendara yang merasa terburu-buru di jalan. Padahal bukan hanya mereka saja yang terburu-buru, aku pun sama.

Kulirik jam yang melingkar dipergelangan tanganku. Kembali menghela napas karna lima menit lagi jam kantorku sudah masuk.

Tangan kananku yang memegang setang motor bergerak, memainkan jari-jariku di atas sana. Berpikir bagaimana caranya aku bisa segera sampai ke kantor tanpa harus terlambat.

Akhirnya tidak lama kemecetan mulai mengurang membuatku langsung tancap gas menuju kantor.

"Naik angkot kejebak macet, beli motor pun masih kejebak macet. Suek banget hidup gue," gumamku mengasihani diri sendiri.

Setelah memarkirkan motor baruku yang baru turun dua minggu yang lalu itu di parkiran motor khusus, akhirnya aku bisa berlari ringan memasuki kantor.

Menghela napas lega karna aku datang tepat waktu saat leader divisiku baru juga sampai.

Untung saja aku tidak bertemu dengannya. Coba kalau aku bertemu dengannya, bisa habis kena ceramah aku.

Aku pikir kami semua akan langsung mulai bekerja. Tapi pikiranku salah ketika tangan Pak Sukma - leader divisiku melambai-lambai menyuruh kami untuk mendekat. Mungkin akan diadakan diskusi.

"Selamat pagi semuanya," sapa Pak Sukma yang tentunya langsung kami jawab. Jika tidak dia bisa memelototi kami satu persatu nantinya.

"Saya meminta kalian untuk berdiskusi sebentar pagi ini, karna saya ingin memberikan info penting kepada kalian berlima," jelas Pak Sukma yang membuat kami - anggota pemasaran yang memang berjumlah lima orang saling menatap satu sama lain. Heran, tumben sekali kami berdiskusi.

"Saya berencana akan pensiun, dan saya ingin memberitahukan kepada kalian. Jika leader pengganti saya sudah pihak atas rencanakan dan insya Allah akan langsung menggantikan saya besok hari."

Kami semua hanya diam, belum ada yang mengeluarkan sepatah kata untuk menyahuti penjelasan Pak Sukma. Bukannya tidak menghargai, kami hanya sedang berpikir. Siapa kepala divisi yang baru.

"Beliau masih muda. 25 tahun," ujar Pak Sukma lagi membuat kami hanya mangguk-mangguk saja. "Ada yang ditanya sebelum saya menutup diskusi kali ini?" tanya Pak Sukma menatap kami satu persatu.

Kalau aku sih jelas tidak ada yang ingin aku tanyakan. Malahan aku sangat senang jika Pak Sukma cepat-cepat out dari sini.

Tunggu ... apa aku tidak begitu berdosa bilang begitu? Karna sudah berharap Pak Sukma cepat-cepat pergi dari sini. Ya Allah maafkan aku.

"Baiklah jika tidak. Sebelum mengawali pekerjaan kita pada pagi hari ini, mari kita berdoa terlebih dulu."

Kami semua pun segera menundukkan kepala untuk berdoa. Meminta harapan agar pekerjaan kami dipermudah dan tidak banyak komplain dari pihak atas.

"Selesai." Mendengar itu kami kembali mendongak, menghentikan acara doa. "Semangat semuanya. Ini hari terakhir saya," ujarnya yang membuat kami hanya mengangguk.

Aku berharap semoga saja dihari terakhir Pak Sukma, beliau akan lebih membaiki kami. Tidak seperti kemarin-kemarin yang kerjaannya hanya bisa menyuruh-nyuruh dan berteriak layaknya di hutan.

Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang