Aku berdecak, berlari menuju tembok untuk menyembunyikan bagian belakangku. Melirik lagi kebagian belakangnya.
"Pake nembus segala sih," cetusku sebal dan menatap ke sekitar. Bersikap biasa saja ketika ada orang yang lewat.
Sekarang aku seperti sedang menjadi tahanan, ke mana pun tidak bisa karna harus tetap menyembunyikan rahasianya sendiri.
"Apa gue telepon Geno aja ya? Ahh gak gak." Aku bergumam sendiri dan menatap sekitar, kali saja ada orang yang bisa menolongku.
"Ngapain kamu?"
"Astagfirullah gue kaget." Aku terlonjat kaget saat seseorang bertanya. Menoleh menatap orang tersebut.
Kak Avin mengernyit dan memperhatikanku, membuatku mendengus pelan. Kenapa harus Kak Avin sih yang datang dalam situasi begini.
"Kamu ngapain?" tanyanya lagi dan aku mengabaikannya, mencari seseorang yang bisa kumintai tolong.
Aku menghindar dan menatap tajam Kak Avin saat dia mendekat dan ingin menarik tanganku. "Kak Avin ngapain sih?" tanyaku sebal, tanpa sadar tidak menyebutnya "Bapak" dan malah "Kakak".
Kak Avin tersenyum miring kemudian membuka jaketnya dan berjalan mendekatiku.
Aku yang kaget langsung berjalan mundur, semakin mepet dengan tembok. Tapi berusaha untuk tidak menyentuh tembok putih di belakangku.
"Kak Avin ngapain?" tanyaku lagi menatap was-was padanya.
"Jangan bergerak jika orang-orang tidak ingin tahu kamu sedang bocor," imbuhnya dan memakaikanku jaketnya kemudian melingkarkan lengan jaketnya di pinggangku dan mengikatnya tepat di depan perutku.
"Selesai," ujarnya dan menatapku, tersenyum tipis kemudian menepuk dua kali puncak kepalaku dan berjalan pergi meninggalkanku yang terpaku dengan sikapnya.
Apa itu tadi?
Aku memegang puncak kepalaku masih dengan tatapan yang cengo. Ngebug dengan apa yang barusan terjadi antara aku dan Kak Avin.
Aku menyandarkan diriku dan segera berlari untuk menuju kamar. Sudah tidak betah dan ingin cepat-cepat mengganti celanaku dan dalamannya.
🦻🦻🦻
Aku mengernyit saat melihat bayangan seseorang dari balik tembok pojok lorong kamar hotel. Yang aku ingat, pojok lorong hotel itu adalah tangga darurat.
Bukannya takut dan langsung pergi saja atau masuk kembali ke kamar, aku malah melangkahkan kakiku mendekat.
Samar-samar gendang telingaku mendengar percakapan mereka. Meskipun agak kabur karna suara mereka yang terlampau kecil.
"Aku senang kita bertemu lagi, Vin."
Apakah itu Kak Avin? Tapi apa mungkin?tapi, dari bayangannya aku melihat dua orang. Yang satu bertubuh besar dan yang satu bertubuh kecil. Seperti laki-laki dan perempuan.
Dan suara tadi, terdengar seperti suara perempuan. Ada nada senang di setiap ucapannya. Yang aku pastikan jika dia mengatakannya sambil tersenyum lebar.
Saat aku sudah semakin mendekat dan akan mengintip ke balik tembok untuk mengetahui siapa orang di sana, tiba-tiba ponselku bergetar membuatku tersentak kaget.
Cepat-cepat aku berlari menjauh dari tembok dan kembali ke depan pintu kamarku. Masuk dengan cepat agar tidak ketahuan.
Suek! Siapa sih yang mengirimi pesan di waktu genting begitu. Hampir saja aku terciduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau [Tamat]
Fiksi UmumCERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜-𝙺𝚘𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗. "Kalau aku CH ₃CO ₂H sama kamu, boleh kan?" "Lambang nomor atom 31." ~***~...