Aku menghela napas kemudian menghempaskan badanku ke kasur. Rasanya hari ini sangat berat. Berat banget malahan.
Melirik ponselku yang sedari tadi layarnya tidak berubah. Masih menghitam yang tandanya tidak ada orang yang berusaha menghubungiku.
"Kenapa rasanya begini ya gak dipedulikan? Lagi pula, salah gue apaan? Kenapa Kak Avin malah begitu tadi?" tanyaku pada diriku sendiri.
Tanganku bergerak untuk mengacak rambutku membuatnya berantakan. Karna kelelahan aku pun tidak sadar tertidur dengan rambut yang sudah semrawut.
Paginya aku mengernyit saat selesai mandi dan melihat Iren sudah siap dan sedang sarapan di meja pantry.
Aku melirik jam dipergelangan tanganku. "Tumben lo udah siap? Biasanya aja masih mandi," tanyaku dan Iren memberikan isyarat agar aku ikut bergabung dan dia sudah menyiapkan dua roti yang dijadikan satu dengan selai coklat ditengahnya.
"Gue bakal nemenin Bang Avin ketemu Pak Sholeh untuk lihat pabrik," sahutnya dan aku hanya manggut-manggut saja mendengarnya.
Tanganku mengambil roti yang sudah Iren buat untukku dan memakannya dalam diam. Kami tidak saling bicara dan menikmati sarapan yang hanya dengan roti selai coklat saja.
"Lo ada apa sama Bang Avin?"
Aku menaikkan alisku menatap Iren. "Gak ada apa-apa," jawabku sekenanya. Padahal aku sendiri juga tidak tau ada apa dengan aku dan Kak Avin.
Iren mengangkat bahunya. "Agak aneh sih. Soalnya biasanya dia bakal ajak lo ke mana aja. Tapi sekarang malah ajak gue," ujarnya dan aku hanya manggut-manggut.
"Gue juga berasa aneh," sahutku membuat Iren mengernyit.
"Coba cerita."
"Gue mau cerita juga bingung, Ren," ujarku. "Kemarin tuh gue ada janji makan siang bareng sama Pak Dera. Eh dia malah ajak gue buat nemuin Pak Sholeh dan katanya mau makan bareng. Gak taunya Pak Sholeh malah pulang karna istrinya udah masak. Dan ... gue makan siang berdua sama Kak Avin," jelasku dan Iren terlihat sangat menyimak.
"Singkat ceritanya sih begitu. Di makan siang gue sempet sebel sama dia. Terus dia suruh gue diem. Yaudah," lanjutku dan Iren berdeham kemudian menenggak airnya.
"Nanti malam mau ikut gue?"
Aku mengernyit menatap Iren. "Ke mana?" tanyaku dan membersihkan tanganku dengan tisu yang terletak di pojok meja.
"Rumah gue." Aku kembali mengernyit. "Main. Ikut yuk," ajaknya lagi dan aku mengangguk.
"Okay," jawabku yang membuat Iren tersenyum.
Kami pun langsung bersiap berangkat ke kantor dengan menggunakan Cantika. Motor merah kesayanganku.
Kesayangan karna masih harus membayar angsuran perbulannya.
Di kantor aku pikir semuanya akan baik-baik saja, namun semua itu hancur saat Kak Avin mengenalkan seseorang kepada kami semua yang katanya akan menjadi rekan kerja Geno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau [Tamat]
قصص عامةCERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜-𝙺𝚘𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗. "Kalau aku CH ₃CO ₂H sama kamu, boleh kan?" "Lambang nomor atom 31." ~***~...