👀 Cukup Tau - Duapuluh Tiga

1.4K 179 10
                                    

Aku meringis, merasa tidak enak membatalkan janji istirahat bersama dengan Pak Dera. Itu semua aku lakukan karna terpaksa, tuntutan kerjaan yang diberikan oleh Kak Avin.

Sumpah sih, kenapa juga aku harus bertemu kembali dengan orang menyebalkan seperti dia.

Aku pikir hidupku akan tenang, dan bisa melupakan kejadian konyol delapan tahun lalu. Tapi sepertinya dunia sedang mentertawakanku dan mengujiku dengan mendatangkan Kak Avin kembali ke dalam hidupku.

"Baik Pak Avin. Saya setuju dengan apa yang anda jelaskan barusan. Saya berharap semua efektif," ujar Pak Sholeh dan Kak Avin terlihat tersenyum mendengarnya.

Pak Sholeh melirik jam tangannya. "Sepertinya saya harus pergi sekarang. Selamat menikmati makan siang," pamit Pak Sholeh membuat keningku mengernyit.

"Pak Sholeh tidak ikut makan bersama kita?" tanyaku dan Pak Sholeh menoleh, tersenyum padaku.

"Istri saya sudah memasak. Dan saya sudah janji akan segera menemuinya di rumah Ibunya. Dekat sini," jelasnya dan berpamitan kemudian berjalan keluar dari restaurant tempat kami bertemu.

Aku menatap sebal Kak Avin yang sekarang sudah duduk di hadapanku sambil memperhatikan tanaman yang ada di atas meja, dan tangannya memainkan dedaunan tanaman itu.

Aku menatap sebal Kak Avin yang sekarang sudah duduk di hadapanku sambil memperhatikan tanaman yang ada di atas meja, dan tangannya memainkan dedaunan tanaman itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajahnya itu loh ... pengen rasanya aku menggeplak wajahnya dengan berkas yang ada di hadapanku saat ini.

Aku berdecak dan menatap pelayan yang berjalan mendekat, mengantarkan pesanan makanan yang entah kapan kami memesannya.

"Saya sudah pesan makanan buat kita," ujar Kak Avin memberitahu saat pelayan berlalu. Dan tangan kanannya mengambil piring kotak dengan nasi dan juga ayam tepung yang dipotong-potong, menaruhnya tepat di hadapanku. Menggantikan berkas-berkas yang sudah tangan kanan Kak Avin singkirkan ke samping meja.

"Bohong itu gak baik," decakku sebal dan mengambil sumpit yang disediakan. Membukanya dengan sebal.

"Saya gak bohong. Dan saya juga tidak tau jika Pak Sholeh akan pergi pulang karna istrinya sudah memasak," sahut Kak Avin membela diri sendiri yang semakin terdengar menyebalkan saja.

Aku menyeruput jus melon yang baru saja Kak Avin letakkan tepat di samping piring kotak makananku.

"Nikmati saja makanan kamu. Lagi pula sama-sama makan juga," ujarnya membuatku meliriknya dengan tatapan tajam.

"Tapi suasananya berbeda," selaku.

Kak Avin menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang berbeda?" tanyanya membuatku mendengus.

"Tadinya saya kan akan makan bersama Dera. Bukan bersama Pak Avin," sahutku yang masih menyimpan rasa sebal kepada Kak Avin.

Aku melotot saat Kak Avin menyuapiku satu potong ayamnya dengan paksa. Apa sih orang ini.

"Diam. Fokus saja makan. Panas kuping saya dengar ocehan kamu," katanya dingin dan memakan makanannya tanpa rasa bersalah membuatku melotot.

🦻🦻🦻

Cukup Tau [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang