Aku berjalan keluar dari kamar tamu, bajuku sudah berubah menjadi piyama biru dongker. Rambutku yang masih basah kulilitkan handuk agar airnya cepat menyerap ke handuk.
Terdiam ketika melihat Kak Avin yang sedang bercanda dengan Alken dan juga Cos.
Alken dan Cos duduk di atas pangkuan Kak Avin. Alken di paha sebelah kanan dan Cos di paha sebelah kiri.
"Jadi kita mau main apa?" tanya Kak Avin menatap Alken dan Cos bergantian.
"Ain cingciripit," jawab Alken heboh seperti biasa.
"Gak au. Aku au-nya kita ain ucing umpet," tolak Cos dan melipat dadanya di sepan dada dengan wajah yang ditolehkan merasa kesal.
Kak Avin terkekeh, terlihat kernyitan samar di dahinya. Mungkin dia bingung dengan apa yang mereka ucapkan. Aku yang melihat itu hanya terkekeh, menutupi bibirku.
"Yaudah yaudah. Om ada ide," ujar Kak Avin menengahi. Alken dan Cos yang tadinya saling buang muka kembali menoleh, menatapnya. "Gimana kalau kita main ...."
Kak Avin menggantungkan ucapannya, bingung ingin merekomendasikan permainan apa.
"Kuda-kudaan," timpalku dan membuat kedua anak kembar itu bersorak riuh.
Kak Avin mendongak menatapku, melotot. Dan tidak lama Cos dan Alken bekerjasama untuk membuat Kak Avin membungkuk dan menjadikannya kuda.
"Awas kamu, Gerhana."
Aku memeletkan lidahku mengejeknya dan tertawa ketika melihat Alken dan Cos yang menggerakkan bokong mereka membuat Kak Avin berdeham sengsara.
"Belajar jadi Ayah dulu, Pak. Semangat ya," ujarku dan melambaikan tanganku kemudian berjalan menjauhi mereka.
Sudut bibirku tertarik untuk tersenyum ketika melihat Tante Gena yang sedang memasak. Langkah kakiku berjalan mendekati beliau dan duduk di stool sambil memperhatikan bumil satu itu.
Tante Gena menyentuh dadanya saat berbalik dan menatapku sebal. "Kamu ngagetin Tante," ujarnya dan mendengus.
Aku terkekeh. "Maaf," sahutku dengan tangan yang bergerak mengambil satu goreng pisang yang ada di atas pantry.
"Gimana kerjaan kamu di sana, Han? Baik-baik saja bukan?" Tante Gena angkat bicara dengan memunggungiku karna dia harus menggoreng sesuatu di wajannya.
"Kerjaannya sih baik," sahutku sekenanya dan kembali menikmati goreng pisang ditanganku. "Tante gak jadi ke Madiun?" tanyaku yang baru saja ingat jika Tante Gena punya rencana ke Madiun dekat-dekat ini.
Tante Genna menggeleng dan membuatku mengernyit. "Dimarahin Om Ajun. Gak boleh pergi," ujarnya kecewa.
Aku mengangguk, dan tidak lama terdengar suara pintu terbuka disusul dengan langkah kaki.
"Ge, paket kamu dateng lagi nih," teriak suara bariton itu dan kemudian Om Ajun datang dengan satu kardus di tangannya. "Eh, Gerhana."
Aku tersenyum dan menunduk sopan, setelah Om Ajun menaruh box paket milik Tante Gena, aku segera menyalami tangannya. Adap jika bertemu orang yang lebih tua.
"Eh iya." Tante Gena mematikan kompornya setelah mengangkat gorengannya dan menaruhnya di atas saringan agar minyaknya luntur.
"Paket apalagi ini?" tanya Om Ajun menatap Tante Gena yang mengambil pisau dan berjalan mendekat.
"Baju bayi," jawab Tante Gena tanpa menatap Om Ajun karna fokus mengarah ke arah box berukuran sedang di hadapan kami semua.
"Biar saya." Om Ajun mengambil pisau yang Tante Gena pegang dan dengan mudahnya dia membuka box itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/293359011-288-k481599.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Tau [Tamat]
General FictionCERITA 4 [ꜱɪʟᴀʜᴋᴀɴ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴜʟᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ.] {CERITA INI AKAN MEMBUATMU KESAL DAN MEMUKUL GULING YANG ADA} 𝚂𝚙𝚒𝚗-𝙾𝚏𝚏 𝙺𝚘𝚜-𝙺𝚘𝚜𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗. "Kalau aku CH ₃CO ₂H sama kamu, boleh kan?" "Lambang nomor atom 31." ~***~...