9. Luka Berimbas Sakit

3.6K 398 21
                                    

Chandra menyusuri jalanan disekitar perumahannya. Tak ada yang special dihari minggu ini. Mungkin terasa special bagi keluarganya, karena yang ia tahu sang papa, dan mama sudah berbaikan, dan mereka berdua tengah pergi untuk berkunjung ke rumah teman Jeffan yang sedang mengadakan syukuran rumah baru.

Jenan si abang tampan juga hari ini akan pergi dengan kekasihnya, Serina. Entah pergi kemana, Chandra tak tahu. Sementara Jemiel? Chandra tak tahu pasti anak itu akan kemana juga sempat sedikit heran karena pergi disaat pukul lima pagi.

"Amanlah ya kalo balik siang, anjing gua juga udah makan." Gumam Chandra sembari berjalan.

Iya, sebelum ia pamit pergi, Chandra terlebih dahulu memberi max, si anjing besar makanan. Takut-takut jika ia kembali siang, dan tidak sempat memberi max sarapan.

Chandra berjalan menuju kursi kayu dekat lapangan, ia hanya duduk dengan setelan celana panjang hitam. Dan atasan berwarna putih, tak lupa sendal jepit. Dengan pelan Chandra merebahkan punggungnya pada sandaran kursi, netranya menatap langgit yang cantik dengan sinar pagi.

Bibirnya tetarik ke atas, namun hanya sekejap saat ia mengingat sesuatu.
Chandra terkekeh pelan, ia merasa seperti orang aneh dari tadi hanya duduk sendiri, tersenyum, lalu tertawa.
Pagi ini ia juga merasa bangun tidur dengan keadaan tidak semangat, raganya lelah, pikirannya kacau. Rasanya seperti jiwa, raga, bahkan pikirannya tak menyatu.

"Lo capek apa sih, Chan?" Tanya Chandra pada dirinya.

"Lo bahkan gak ngapa-ngapain. Gak kayak abang, yang ribet ngurus skripsi. Gak kayak papa yang sibuk kerja. Gak kayak mama yang sibuk ngurus suami, dan tiga anak. Dan juga lo gak kayak Jemiel sodara tiri lo yang sibuk dengan tugas, mana kayaknya dia bakal jadi calon dokter." Chandra berbicara sendiri sembari tertawa. Tertawa meratapi nasibnya yang sepertinya buruk.

"Gak apa, Chan. Meskipun lo gak punya temen sejati yang bener-bener bisa menerima, menyayangi lo, bahkan rela berkorban demi lo, lo harus ingat ada Tuhan yang sayang sama lo." Ya, Chandra mencoba menenangkan pikirannya.

"Lo masih bisa berbuat baik dengan menjadi teman buat Alisya saat ia sakit kayak sekarang. Lo harus bisa bayar ketidakpekaan lo ke dia. Bisa-bisanya lo gak tahu sahabat baik lo kayak gitu."

Chandra masih terngiang-ngiang akan ucapan Alisya. Chandra melempar batu yang ia pungut sebelumnya dengan keras. Ia awalnya tak paham sakitnya Alisya itu apa tapi setelah mendengar Alisya bercerita, dan mencari dipencarian, ia jadi tahu bahwa sakitnya Alisya berat. Bahkan sampai mengkonsumsi obat.

"Lo udah gagal jadi anak, gagal jadi adik, gagal pula jadi sahabat."
Chandra tertawa pelan

"Apa lo lahir hanya untuk kegagalan?"

Dengan berat hati, Chandra menghela nafas. Entah jika dihitung, selama ia hidup sudah berapa kali helaan nafas berat ia tekuni.

"Sometimes, you say need time to be alone. Tapi kenapa lo malah kelamaan menyendiri, Chan?"

"Saat lo punya keluarga, sahabat, pacar, kenapa lo malah bungkam, dan menutup diri sampai semua kegagalan itu menimpa diri lo sendiri?"

"Lo gak takut bakal depresi?"

Chandra benar-benar berbicara sendiri. Ia sudah tak peduli jika orang yang lewat mengatakannya aneh. Ia butuh waktu untuk melepaskan segala bentuk masalah yang ia pikirkan.

TING

Sebuah pesan masuk diponselnya, awalnya Chandra ragu untuk membaca hanya saja ia takut itu pesan penting.

Ternyata Alisya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang