20. Sakit Untuk yang Pertama Kali

3.1K 319 16
                                    

"Maaf... kebohongan ini semata bukan tanpa alasan. Tetapi untuk mengurangi beban Papa, dan Mama."

- Hardi Chandra -

.
.
.

Pagi yang cerah ini, Alisya sudah ijin pada sang Ayah dengan dalih akan membantu Dirga, dan Chandra. Benar saja, Yudi hanya mengiyakan dengan syarat jangan bertemu Ibunya. Ia masih tak mengerti dengan syarat yang menurutnya aneh itu. Apa salahnya bertemu dengan Ibu kandungnya.

Dengan cekatan ia merapikan sedikitnya tiga pasang pakaian untuk dirinya. Entah dirinya akan menginap dirumah Dirga atau di Rumah Sakit diapun tak tahu. Karena Dirga hanya meminta dirinya untuk membawa pakaian ganti agar tidak repot. Setelah semua sudah siap, ia beranjak untuk segera berangkat menuju rumah pria bernama Dirga.

Tak sengaja ia melirik ke arah lacinya. Obatnya tinggal satu biji saja. Ia kembali memutar otak, mengapa ia harus mengkonsumsi obat itu hanya untuk menenangkan diri saja. Apa yang salah dengan jiwanya. Mengapa penyakitnya seperti tak mau menghilang. Helaan nafas mengiringi langkah gadis cantik itu menuju pintu, tak lupa ia mengambil sisa obatnya untuk ia bawa.

Dengan pelan ia menutup pintu, dan mebawa sebuah note untuk ia tempel dipintu kulkas. Sebuah note untuk adik kembarnya. Mengapa rasanya sangat berat, padahal ia meninggalkan kedua adiknya hanya sebentar saja untuk menemani Chandra. Ia tahu, Ayahnya tak akan melakukan hal kasar pada kedua adiknya. Walaupun iya sedikit khawatir dengan Leo yang sangat mudah tersulut emosi, berbanding terbalik dengan Jio.

Setelah usai menulis note untuk adiknya, ia segera menuju keluar dan mendapati sudah ada Aura yang menjemputnya.
"Sudah siap?" Tanya Aura.

Alisya menggeleng pelan. Ia tak pernah siap akan apapun. Hidupnya hanya diselimuti ketakutan, jadi berpikir siap akan sesuatu tak pernah ia pahami seperti apa rasanya.

"Sya? Everything will be fine, trust me. Okay?" Ucap Aura meyakinkan.

"Apa Alisya bisa percaya jika Tuhan akan memberikan jalan terbaik bagi kita?" Alisya menjawab justru dengan pertanyaan.

"Tuhan akan selalu bersama kita. Jangan pernah pasrah, tapi berserahlah. Kita sedang berusaha, Alisya. Tuhan akan mendengarkan doa, dan akan melihat usaha kita. Jadi jangan pernah merasa tidak yakin dengan Tuhan."

Aura paham Alisya sedang dalam ketakutan, tingkat kecemasan anak ini tinggi, belum lagi teman baiknya akan melakukan pengobatan. Jangankan gadis ini, Aura bahkan sedari berangkat sudah berpikir akan bagaimana nanti. Ia hanya menutupi rasa khawatirnya dengan senyuman palsu.
"Kita berangkat, ya? Chandra sudah bersama Dirga."

Tak ada jawaban. Wanita dewasa ini bisa melihat sorot mata Alisya yang terlihat kosong, belum lagi jemarinya yang bergetar. Ia ingin marah dengan orang tua gadis ini. Karena keegoisan mereka, anak semuda Alisya harus mengalami kesakitan sebesar ini. Bahkan mengganggu psikisnya.

Aura kemudian meraih tangan bergetar itu, lalu mengelusnya pelan.
"Alisya... it's okay. Tenang ya, nak?"

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang