6. Ketakutan yang Menyakitkan

3.6K 444 18
                                    


Gadis cantik dengan balutan kemeja hitam, dan celana jeans biru itu berjalan pelan dari arah gedung Ekonomi. Langkah Alisya membawanya menuju Fakultas Kedokteran. Ia benar-benar sedikit asing dengan fakultas ini karena jarang, ah bukan jarang lagi melainkan tak pernah berkunjung kesini.

Dengan ingatan yang tak begitu kuat, Alisya mencari kelas Greya. Ia sudah berdiri di kelas yang ia rasa itu benar kelas milik Greya karena ia pernah mampir sekali dengan Chandra. Dari jendela, Alisya bisa melihat Greya mengikat rambutnya ke atas. Manik cantik milik Alisya terpana melihat kecantikan Greya. Pantas saja Chandra menyukai gadis itu. Cantik, baik, perhatian, ramah, dan yang Alisya tahu keluarga Greya terpandang.

Tanpa alasan yang jelas, Alisya melihat ke arah sepatunya. Alisya tak mengatakan dirinya buruk, namun jika dibandingkan dengam Greya, jelas ia terlihat jauh. Alisya tersentak kemudian teringat niatnya kemari untuk apa.
Dengan pelan Alisya mengetuk pintu kelas Greya, dan membuat beberapa orang di dalam menoleh.

"Alisya?" Teriak Greya kemudian berlari menuju tempat Alisya berdiri sekarang.
"Hey, kok kesini? Gak ada kelas?" Tanya Greya sembari melirik jam tangannya.

"Belum mulai, lagi 10 menit baru dosen masuk."
"Oh ya, aku mau tanya Grey."

Greya mengangguk kecil sembari menyapa temannya yang baru saja datang.

"Chandra ada kasi kamu kabar gak? Aku tadi telfon dia gak bisa, aku chat gak dibalas. Tugas kelompok ada di dia soalnya."

Greya mematung, ia ingat tak ada menghubungi Chandra.
"Dia telat bangun gak? Aku juga belum ada chat dia."

Alisya sedikit heran, namun kemudian berpikir sebaiknya ia menemui Jenan kakak dari Chandra saja.
"Aku kira kamu tahu. Ya udah aku ke kelas dulu deh kalo gitu. Kayaknya Chandra emang telat bangun."
"Duluan ya, Grey." Pamit Alisya.

Alisya merutuki dirinya saat berlalu dari kelas Greya. Harusnya ia tak kemari, mengapa ia malah menemui Greya yang mana ada bang Jenan yang lebih tahu perihal keberadaan Chandra.

Dengan setengah berlari, Alisya kembali menuju fakultasnya lagi. Belum tiba difakultas, ia sudah melihat Jenan namun sayangnya Jenan berjalan menuju ruang dosen dengan wanita yang Alisya tahu bernama Serina, kekasih Jenan.

"Kayaknya mereka mau bimbingan, balik ke kelas aja kali, ya?" Gumam Alisya.

Mau tak mau, Alisya berjalan ke kelasnya. Dan saat tiba dikelas ia mendapatkan Rendra tengah membawa tugas yang harusnya dibawa Chandra.
"Kok ada di lo?"

Rendra menoleh ke arah Alisya yang terlihat sedikit kaget, dan tengah memeriksa print out tugas mereka.
"Dikirim pake ojek online ke rumah gua pagi-pagi. Dia bilang gak masuk hari ini."

Alisya mengernyit heran, memangnya Chandra kemana? Ia kembali mengingat perihal dirinya, dan Chandra yang menangis dimobil. Tak mungkin kan karena itu sahabatnya tak ikut kelas?

.

.

.

Chandra memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah salah satu orang yang bisa dibilang dekat dengannya.

Hari ini ia malas ke kampus, disisi lain ia sedang tak ingin berpapasan dengan Jemiel dikampus. Pagi ini saja ia pergi lebih dulu agar tak melihat orang-orang dirumahnya. Jika dilihat-lihat ia benar-benar merasakan lebih sakit melihat Jemiel dekat dengan papanya ketimbang abangnya.

Chandra mengendap-endap masuk ke dalam rumah yang ia tuju. Karena tak membawa apapun, ia merasa lebih gampang memanjat.
"Ya Allah, kamu ngapain manjat, Chan?"

"Hussssttt." Chandra mengarahkan jari telunjuk pada bibirnya.
"Hehe."

"Tinggal pencet bel, nanti saya bukakan. Daripada lompat kan bisa jatuh."

FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang