7. Terlihat Salah

3.2K 408 20
                                    

Sineera sedari tadi menunggu putranya namun sampai saat ini tak kunjung tiba. Ia melirik ke luar jalanan namun belum ada tanda-tanda Chandra tiba. Semilir angin yang menggoyangkan pohon-pohon dikomplek perumahan orang tuanya membuat ia kedinginan. Tapi itu tak menghentikan niatnya untuk menunggu Chandra.

"Chandra kemana, ya?" Gumamnya pelan.

Tanpa sadar Ibu Sineera berjalan mendekat.
"Nak? Udaranya dingin, tunggu Chandra didalam aja."

Sineera menggeleng. Anaknya menelfon ke telephone rumah ini sudah dua jam lalu. Harusnya Chandra sudah tiba disini sedari tadi. Ia takut Chandra bertengkar dengan Jeffan. Mengingat suaminya itu ada dirumah.

Ia kembali mengingat-ingat kejadian malam itu dimana Jeffan marah pada Chandra, dan mengatakan kalimat yang tak pantas dilontarkan. Ia tahu maksud Jeffan baik, mendidik anak untuk bisa tegas. Tapi mengucapkan kata-kata yang jahat seperti itu apa tak berlebihan?

Sineera meremat dressnya, ia tahu Chandra tak akan pernah berani pada Jeffan. Hatinya semakin sakit saat melihat bagaimana sorot mata Chandra yang memancarkan kesedihan saat mendengar semua ucapan Jeffan.

"Maafin mama, Chan. Harusnya mama bisa mengontrol emosi papamu." Gumam Sineera dalam hati.

"Sineera? Sebenarnya kamu dan suamimu kenapa?" Tanya Ibu Sineera.

Sineera hanya menunduk, ia menahan diri untuk tak menangis. Ia tak ingin terlihat lemah didepan Ibunya.

"Kalau kamu ada masalah dengan suamimu, atau dengan anak-anakmu, jangan kabur begini." Ibu Sineera mendekat.
"Kamu sudah hidup dengan Jeffan, dan anak-anak sudah bertahun-tahun. Kamu pernah bilang kamu kecolongan, dan akhirnya Jeffan mempunyai Jemiel. Sekarang jangan sampai kamu terluka lagi, Sin."

"Bu? Sineera ngerasa gak bisa jadi pelindung anak-anak, gak bisa jadi benteng untuk mereka."

Ibu Sineera menggeleng. Ia mengelus punggung anaknya pelan. Ia juga seorang ibu jadi sedikit tidaknya paham apa maksud ucapan anaknya ini.
"Suami, dan anakmu berkelahi?"

Tak ada jawaban dari Sineera, pandangannya masih menatap jalanan berharap Chandra cepat datang.

"Sakit kan? Seperti itulah yang Ibu rasakan saat kamu dimarah oleh Ayahmu dulu karena kamu ingin menikah dengan Jeffan." Ucap Ibu Sineera pelan.

"Menjadi Ibu bukan hanya sekedar kamu hamil, melahirkan, merawat. Ibu adalah sosok yang dibutuhkan seorang anak, Sin. Sedekat apa anak-anak pada ayahnya, jika ia merasa ada dititik lemahnya, ia akan mencari sosok ibu."
"Begitupun ibu. Kita punya simpati yang lebih besar pada anak, itu kenapa kita lebih cepat merasa kesal, atau sedih jika melihat anak kita terluka."

"Kamu harus ingat cara menyayangi seorang ayah, dan ibu itu berbeda. Jika kamu mau menjaga keutuhan keluargamu, maka bicara dengan pelan pada Jeffan, lalu beri pemahaman pada anak-anakmu. Mereka akan mengerti jika kamu bisa berbicara pada mereka dengan baik."

Sineera menangis. Ia merasa seperti gagal menjadi seorang istri, sekaligus ibu. Hatinya seperti diiris berkali-kali oleh Jeffan namun ia juga tak bisa pergi dari sisi Jeffan.

"Masuk, ya? Tunggu Chandra di dalam saja."

Ditempat lain, sebuah mobil hitam dengan dua insan manusia didalamnya masih bergelut dengan keheningan. Chandra masih sibuk dengan diamnya, sementara Alisya juga sama.

Chandra pada akhirnya menghela nafas kasar. Maniknya menatap Alisya yang tengah diam disampingnya. Laki-laki itu berpikir jika Alisya mungkin masih terkejut dengan dua hal. Pertama pertengakaran itu, dan kondisinya saat ini.

"Lo gak turun?"

Alisya menoleh, dan menatap manik hazel milik Chandra. Mata itu jelas memancarkan banyak hal. Sakit, sedih, kelelahan.
"Chan..."

FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang