1. Welcome

10.4K 744 34
                                    

"Jeff, kamu lagi bercanda kan?" Sineera menatap tajam suaminya. Iya, suami yang telah menjalin pernikahan selama  21 tahun dengannya. Lalu kini dirinya dihadapkan dengan pernyataan yang baginya sangat tidak masuk akal.

"Sin?"

"Siapa? Wanita itu siapa Jeff?" Tanya Sineera lagi. Ia mendekat hingga kini berada tepat di hadapan sang suami.

"Kamu bohongin aku bertahun-tahun." Ucap Sineera kembali dengan diakhiri tawa.

"Ah, aku udah mirip orang bodoh kalau kayak gini." Sineera tak tahan, ia menunduk sembari mengusap air matanya.

"Kita pisah aja kalau memang kamu gak mau mempertahankan rumah tangga kita."

"SINEERA!" Bentak Jeffan, yang mana laki-laki ini adalah suami Sineera.

"Apa? Kamu bohongin aku Jeff terus aku harus gimana? Kamu punya anak dengan wanita lain, dan anaknya seusia anak bungsu kita. Kamu gak mikir apa yang anak itu rasakan?
Apa yang anak-anak kita rasakan juga kalau tahu masalah ini?"

"Dari dulu kamu gak berubah. Kamu hanya mikirin diri kamu Jeff."

"Aku minta maaf. Jangan minta pisah, aku gak bisa Sin." Jeffan meraih jemari Sineera yang bergetar. Ia tahu istrinya marah, kesal, kecewa. Bahkan getaran tubuh sang istri membuatnya semakin merasa bersalah.

"Maaf, aku minta maaf. Tapi aku gak bisa tinggalin dia. Dia anakku Sin, dan ibunya baru aja meninggal."

Tangis Sineera kembali mengeras. Apa yang harus ia lakukan sekarang
Marah? Percuma.
Bercerai? Lalu bagaimana perasaan anak-anaknya yang tak bersalah dan tak tahu apa tentang perkara ini.

Sineera berusaha melepas pelukan Jeffan namun sayang, dirinya tetaplah Sineera yang tak akan pernah bisa menang melawan Jeffan.
"Aku kira aku bisa jadi istri yang baik buat kamu, nyatanya ekspektasiku terlalu besar."

Jeffan menggeleng. Sineera adalah istri, sekaligus ibu yang hebat. Sayangnya harus jatuh pada laki-laki seperti dirinya.
"Maaf, Sin. Ini semua salahku, kamu gak salah apa-apa jangan salahin dirimu, please."

"Terus sekarang gimana Jeffan." Tangis Sineera masih terus terdengar ditelinga Jeffan. Ini merupakan kesalahannya dimasa lalu, dan sekarang keluarganya juga harus ikut menanggung semuanya.

Lalu apa yang harus ia lakukan? Ia ingin istri, anak-anaknya termasuk anak itu, anak yang ia baru temui.

.

.

.

Jemiel Ananta, atau biasa dipanggil Jemiel atau Jem. Laki-laki tampan dengan paras menawan. Senyumnya manis hingga membuat siapun ikut tersenyum jika sudah melihat lekukan manis itu. Netranya sedari tadi tak henti menatap seluruh seluk beluk rumah yang ia tinggali selama 19 tahun ini bersama sang bunda.

Ah bunda, ya?
Jemiel baru saja kehilangan sosok yang tidak bisa ia ikhlaskan kepergiannya. Sosok yang memberinya banyak cinta, dan rela berkorban apapun demi dirinya. Tak sadar bulir kristal yang ia tahan pagi ini dengan tidak tahu diri menetes membasahi pipi berisinya.

Ia dengan perlahan mengambil satu bingkai foto. Foto yang mereka ambil saat Jemiel lulus SMA.
"Bunda... hari ini Jem mau pindah. Maaf rumah ini gak bisa Jem tinggali lagi. Jem udah ketemu sosok yang kita cari bun. Jem gak marah kok, justru seneng karena dia datang."

Bibirnya tertarik ke atas menampilkan lekukan cantik.
"Tampan, pantas bunda cinta." Lanjut Jemiel sembari terkekeh pelan.

Merasa orang yang dirinya tunggu sudah tiba di depan rumahnya, Jemiel dengan cepat memasukkan barang yang masih ada diluar tasnya. Kemudian segera berlari menuju luar rumah.

FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang