"Dia laki-laki yang mengajarkan ku apa arti cinta sebenarnya. Tetapi dia juga yang mengajarkanku bahwa level tertinggi mencintai itu adalah mengikhlaskan."
.
.
.Siluet wajah Jenan terlihat jelas dimata Rendra. Laki-laki yang notabene teman Chandra itu terketuk hatinya menuju depan kelas. Ia menghampiri Jenan yang masih berdiam diri didekat pintu dengan memegang ponsel.
"Bang Jen?" Tegur Rendra.
Jenan yang awalnya diam tersentak kaget. Ia melirik ke dalam kelas lagi, namun yang ia cari benar-benar tak ada.
"Ngapain deh, bang? Lo mau nyari cewek apa gimana?"
"Gua udah punya pacar ya." Jawab Jenan sinis.
"Chandra ada gak? Gua cari dia."
"Lah? Kan kalian serumah masak kagak ketemu waktu sarapan atau pas berangkat gitu?"
Jenan menggeleng.
"Chandra semalam nginep dirumah om Dirga. Gua tadi sempat chat gak dibalas. Gua kira dia udah dikelas."Kini giliran Rendra menggeleng.
"Chandra sama Alisya gak masuk. Gua gak tahu mereka kemana tapi tadi Mahendra telfon katanya mereka ijin."Jenan mengernyit heran.
"Kok bisa barengan, ya?"Rendra mengedikkan bahunya tak tahu.
"Okay deh. Thanks ya, Ren." Jenan berlalu cepat menuju kelasnya. Ia memutar otak berpikir kemana perginya Chandra sampai ijin. Sembari berpikir, Jenan tetap melanjutkan langkahnya. Sampai ia melihat dua sosok yang ia sangat kenal masuk ke dalam mobil secara bersamaan. Tangannya mengepal kuat, emosinya kembali memuncak, bahkan rasanya ia ingin murka saat ini juga.
.
.
.
"Kamu ngelamun?" Tanya Jemiel sembari menghidupkan mobil. Dan dihadiahi gelengan oleh Greya.
Sebenarnya gadis itu tak melamun, hanya saja ia berpikir kemana Chandra. Pesannya dari semalam tak dibalas, bahkan pagi ini saat ia berusaha menelfon justru tak bisa. Baru kemarin mereka berbaikan, tidak mungkin kan kekasihnya itu marah, lagi?
"Kepikiran Chandra, ya?"
Greya yang notabene melihat ke luar kaca mobil sontak menoleh ke samping kanan. Ia menatap Jemiel yang masih setia menatapnya dengan senyum manis seperti biasa. Bolehkah dirinya jujur?
Ia merasa menjadi perempuan yang tidak tahu diri saat ini. Ia mempunyai kekasih yang mencintainya, tapi justru menerima perlakuan berlebih dari Jemiel tanpa menghindar.
Disaat ia harus menetap pada satu hati, justru kebalikannya. Tangannya terasa ingin menggenggam keduanya.
Apa itu yang disebut tamak?Ia mencoba meyakinkan diri untuk memilih satu. Tapi nyatanya susah. Ketika ia ingin tetap dengan Chandra, ia kekurangan waktu untuk bersama kekasihnya itu. Entah apa kesibukan Chandra, mereka hanya bisa bertemu dikampus sesekali. Terlebih Fakultas mereka berbeda.
Dan jika ia memilih Jemiel, ia tak kekurangan perhatian sedikit pun. Ia merasa nyaman, ditambah Jemiel selalu berusaha ada untuknya. Tapi disisi lain ia juga ragu, karena hatinya masih milik Chandra.
"Aku tahu kamu kepikiran. Never mind, jangan inget ucapanku kemarin, okay?"
"Justru aku harus ingat itu." Greya menjawab dengan menatap lamat-lamat wajah Jemiel.
"Ketika ada orang yang menyatakan perasaannya pada kita, sudah sewajarnya kita menghormati itu. Walaupun jawabannya belum pasti."
"Jem, aku tahu ini sulit. Tapi, kalo kamu merasa gak nyaman lagi bareng aku, kita bisa... bersikap biasa saja." Lanjut Greya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔
Fanfic"Kalau memang hadirku tidak membuat mereka bahagia, tolong gantikan posisiku sebentar, ya?" Start: 05 Desember 2021 End: 26 Maret 2022 author: sntsinlee 2021