2. Chandra

6.6K 547 29
                                    

Jemiel takut, sedari tadi dirinya hanya diam dikamar dan tak berniat keluar. Sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk ke dapur. Paling tidak ia bisa membuat beberapa makanan untuk keluarga barunya sebagai cara menebus kejadian barusan.

Jemiel bisa melihat, mama angkatnya masuk ke dalam kamar Chandra. Ia berharap setidaknya saudaranya itu tidak akan semarah Jenan. Bagaimana pun tak akan ada anak yang merasa baik-baik saja jika mendapat surprise seperti ini.

"Maaf, Chan gua emang benalu."

Sineera berjalan menuju tempat Chandra. Ia bisa melihat putra bungsunya tengah tertidur dimeja belajarnya. Dengan pelan ia mengelus rambut coklat milik Chandra. Ia jadi ingat dari dulu Chandra memang lebih lembut dari Jenan. Dan ia sadar, Jenan seperti duplikat Jeffan jadi tak salah jika egonya pun akan terlihat sama.

"Eughhh." Chandra terusik kemudian tersadar jika ia tertidur setelah menangis tadi.

"Mama?"

Sineera tersenyum kecil.
"Kamu kok tidur disini? Katanya mau ganti baju?"

Chandra menggeleng dan justru memeluk Sineera dalam posisi masih duduk.
"Ma? Katakan kalau Mama baik-baik saja."

Tangan Sineera masih tetap bertengger dikepala Chandra, mengusap penuh sayang kepala sang anak.

Chandra menghela nafas berat. Pikirannya melayang entah kemana.
"Hah. Papa sembunyiin ini lama banget, Ma. Chandra udah 19 tahun, begitu juga Jemiel. Gimana bisa kita bertiga gak sadar?"

Chandra kembali menangis diperut Sineera. Ia benci dengan fakta yang ada, namun ia tak punya wewenang untuk mengusir Jemiel.

"Kamu gak boleh benci Jemiel, ya?"

"Ma?"

"Ibunya Jemiel sudah tiada. Mama bisa apa? Kalau Mama diam dan menentang, maka Mama akan disalahkan Chan."

Manik Sineera menatap mata Chandra lembut.
"Dia tidak salah, yang salah adalah Ibunya, dan Papamu. Mama? Mama gak mungkin tega biarin dia terlantar, karena Mama membayangkan jika itu kalian, Mama pasti gak akan tenang."

Kembali Sineera tersenyum manis dihadapan sang anak, mencoba meluluhkan hati Chandra.
"Mama gak apa. Jemiel anak baik, dia di didik baik oleh Ibunya. Jadi tak apa kan dia tinggal disini? Kamu gak keberatan, kan?"

Chandra tak menjawab, kepalanya kembali berdenyut nyeri, ia tak ingin berpikir rumit untuk masalah ini. Karena jika ia menantang sekalipun, memang Jeffan akan mendengarkannya?

"Keberatan atau gak, suara Chandra gak akan berpengaruh, Ma." Chandra membuka matanya seusai terpejam karena menahan sakit kepala.

"Papa gak akan dengerin Chandra."

.

.

.

Tak ada yang berubah dari kejadian sebelumnya. Selepas pertengkaran kemarin, Jenan masih marah, sempat keluar kamar hanya untuk pergi tak tahu kemana, dan kembali saat hampir dini hari.

Dan pagi ini Chandra telah selesai bersiap-siap, ia mengambil ponselnya yang sebelumnya sempat ia isi daya terlebih dahulu. Ada beberapa notifikasi yang masuk.

 Ada beberapa notifikasi yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang