Jenan membanting pintu mobilnya. Manik hazelnya tak berhenti memancarkan amarah. Tentu saja, bagaimana bisa diusianya sekarang, ia baru tahu papanya punya anak dengan wanita lain. Ia terus berpikir, fakta macam apa ini.
"Bangsat!" Umpat Jenan saat tiba dibangkunya. Seisi kelas paham betul dengan kakak dari si happy virus Chandra. Sudah tak menjadi rahasia bahwa mereka bersaudara namun sedikit berbeda karakter.
"Hey, slow bro. Lo pagi-pagi udah ngumpat aja. Masih marahan sama cewek lo?" Tanya laki-laki dihadapannya, yang tidak lain adalah teman Jenan.
Jenan mengacak rambutnya asal, bukannya terlihat jelek justru menambah kesan tampan.
"Lo kenapa sih?"
Tanpa sadar ia tak sengaja melihat sosok yang membuatnya marah tengah mengobrol tepat didepan kelasnya. Entah apa yang orang itu cari, Jenan sama sekali tak tahu."Kalo misal orang tua lo buat kesalahan yang menurut lo terlampau fatal, apa yang lo bakal lakuin?" Tanya Jenan pada temannya.
"Contoh?" Jawab laki-laki itu.
Jenan tak menggubris lagi. Ia mengepalkan tangannya keras, dia benci senyuman itu. Bagaimana bisa dia tersenyum disaat tengah merusak kebahagiaan keluarganya.
"Gua benci lo."
Tak jauh berbeda, laki-laki dengan paras tampan dan disanjung oleh banyak orang ini juga merasa tak nyaman. Tak nyaman dengan perasaannya.
Tok
Tok
Tok
Ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Helaan nafas menjadi sebuah sambutan bagi sang tamu. Merasa tak ditawarkan duduk, laki-laki yang bertamu itu duduk dengan santai.
"Gimana?" Tanya Dirga. Ya, laki-laki yang bertamu pagi-pagi itu adalah Dirga yang tidak lain adalah teman baik Jeffan.
Jeffan kembali menghela nafas, dan itu membuat Dirga kesal.
"Gua tanya Jeff, kenapa lo malah menghela nafas terus. Lo ngerasa berat?""Gimana gak berat Dir, gua bahkan sampe mukul anak gua sendiri."
Dirga bisa melihat sorot mata Jeffan yang benar-benar mengisyaratkan kegundahan.
"Lo gak boleh lupa, kalau ini semua karena perbuatan lo dulu."Tak ada jawaban, Dirga pun hanya sibuk memainkan ponselnya. Ia kembali teringat, Jeffan sama sekali tak membahas salah satu anaknya kemarin lewat telfon.
"Chandra gimana?""Ya gak gimana-gimana." Jawab Jeffan enteng, bahkan sekarang Jeffan menyenderkan tubuhnya santai pada kursi miliknya.
"Lo gak tanya apa yang Chandra pikirkan?" Tanya Dirga.
"Jeff, anak lo bukan Jenan aja. Chandra juga pasti kaget."
"Ada Sineera yang udah jelasin."
"Tapi dia pasti pengen lo juga jelasin ke dia."
"Ck. Kalau lo kesini cuma mau buat gua marah mending lo pergi, Dir." Jawab Jeffan sarkas.
Dirga tersenyum sinis. Benar dugaannya, temannya ini tak akan pernah berubah. Apa salahnya ikut menjelaskan pada Chandra? Anak itu berhak mendengar penjelasan dari Jeffan.
"Jeff, dengerin gua. Chandra anak lo, dia butuh lo sebagai support system, Jeff. Gua udah sering bilang kan, jangan tutup sebelah mata lo. Seakan-akan Chandra gak ada."
"Dir..."
"Apa? Lo mau jawab apa?" Tantang Dirga. Bahkan dirinya sudah berdiri dari duduknya.
Jeffan meremat ujung jasnya kuat. Ia sedang kalut, dan Dirga datang mengajaknya beradu mulut. Jeffan sadar Chandra anaknya, tapi Chandra sudah diurus Sineera. Dalam artian Sineera sudah menjelaskannya. Lalu dia harus apa? Bukankah ini baik membagi diri untuk bisa menjelaskan pada anak-anak. Lebih efisien waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔
Fanfic"Kalau memang hadirku tidak membuat mereka bahagia, tolong gantikan posisiku sebentar, ya?" Start: 05 Desember 2021 End: 26 Maret 2022 author: sntsinlee 2021