55. Perihal Bertahan Dan Pergi

1.7K 213 32
                                    

"Kadang memang selucu itu. Ada saatnya kita membiarkan sesuatu bertiup sesuai dengan arah angin. Maka saat itu juga kita sedang berada dalam fase tidak memaksa karena tak ada lagi pilihan yang ada.
Lantas bagaimana dengan hidupku? Aku juga ingin bahagia. Apa sesulit itu?
Atau disini aku yang salah? Menolak semua tawaran bahagia hingga kini aku sama sekali tidak bisa memilih karena semuanya pergi."

- Hardi Chandra -

.
.
.


Langkah demi langkah membawa gadis cantik dengan tatapan sayu itu menuju ruangan dimana kekasihnya terbaring lemas. Semalam gadis itu hanya menangis karena belum diperbolehkan bertemu Chandra. Dan saat malam ia ingin singgah sekedar untuk menyapa kalau memang dirinya tak bisa lama. Tapi Dirga tak memberikan ijin dengan dalih Chandra tak boleh dijenguk terlalu sering.

Kali ini ia memiliki akses untuk masuk, tapi kenapa rasanya kakinya tak bisa melangkah lagi saat dirinya sudah tiba didepan pintu kaca besar ini. Bahkan dari pintu ini saja ia bisa melihat perawat didalam.

Kedua tangan Alisya terkepal, kepalanya mendongak, maniknya mulai menatap arah lain. Dirinya seperti dibuat bingung padahal jelas-jelas dirinya lah yang ingin kemari. Dengan langkah pasti, gadis itu mulai melangkah kembali, dan membuka pintu dengan yakin. Yakin bahwa dirinya bisa kuat melihat kondisi kekasihnya.

Hal yang pertama ia lihat adalah para perawat. Gadis itu mulai melangkah kembali menuju tempat Chandra. Kini netranya memandang kekasihnya yang terbaring lemas. Mendudukkan tubuhnya dikursi, Alisya kembali merasa bingung. Ia harus apa sekarang? Belum lagi dinginnya ruangan membuatnya gemetar.

"Hey?" Sapa Alisya.

Gadis itu tahu tak akan ada balasan, tapi ia percaya kekasihnya pasti mendengar segala ucapannya. Tangan Alisya terulur mengelus jemari Chandra, ingin mengelus pipi namun ia tak berani. Takut jika itu membuat kekasihnya sakit.

"Gak apa kalo belum bisa jawab ucapanku. Aku percaya kamu dengar, jadi cukup dengar aja, ya?"

"Kamu kapan bangun, Chandra? Malam udah berganti jadi pagi, dan sebentar lagi sore tapi kamu belum bangun juga."

"Gak capek tidur terus? Gak kangen sama Papa, Mama, dan Abang? Hmm?"

Mata gadis itu mulai memanas. Jika sudah perihal sakitnya Chandra maka ia tidak akan kuat.

"Sakit, ya?"

"Tapi a-aku... butuh kamu Chandra."

Kini kepala itu mulai menunduk. Celana Alisya mulai basah namun itu tak menjadi masalah baginya.

"Dokter bilang kemungkinan ada koplikasi. Sebentar lagi Papa akan terima hasil tesmu. Kenapa bisa seperti itu, Chandra? Kamu bilang kamu mau sembuh, kan? Tapi kenapa justru kamu sakit, lagi."

"Kenapa? Apa karena aku masih sakit jadi kamu memilih untuk sakit juga?"

Alisya menggeleng setelahnya.

"Sakitku ini akan susah disembuhkan. Aku gila selamanya, Chandra. Harusnya kamu malu menjadikan gadis gila ini pacar. Memang dari awal, kamu pantas dengan Greya meskipun perlu aku akui bahwa Greya sedikit tempramen."

Lagi, Alisya mengelus jemari Chandra.
"Ayo bangun, sayang. Aku mau dengar suaramu."

"Aku gak akan bisa hidup Chan kalo matahariku aja redup. Aku gak akan bisa berdiri kalo penopangku aja patah seperti ini."

"Bagaimana bisa kamu melunasi semua janjimu ke aku kalo kamu aja tidur disini."

Ya, Alisya masih ingat perihal janji kekasihnya. Yang mana setelah sembuh Chandra akan meminta ijin pada Jeffan untuk membawa hubungan mereka ke jenjang serius. Terlihat seperti tidak mungkin, tapi dirinya bisa melihat Chandra berbicara serius akan itu.

FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang