31. Suddenly

2.8K 342 83
                                    

Lantunan lagu menelisik telinga sepasang insan yang tengah duduk berdua. Kerasnya suara lagu sama sekali tak mengusik si gadis sama sekali. Terlihat gadis itu masih setia diam.

Sudah terhitung beberapa hari ini, gadis yang sekarang tengah menyeruput lychee tea ini tak bertemu dengan kekasih hati. Greya menghela nafas berat, kemudian melirik kembali ruang chatnya dengan Chandra. Terakhir kali mereka berbagi kabar adalah kemarin siang, setelahnya laki-laki itu tak membalas pesan lagi.

Tangan Greya masih tetap mengaduk minuman miliknya, mengabaikan laki-laki yang kini tengah menopang dagu dihadapannya dengan tatapan bingung.

"Kalo kamu ngelamun terus, aku pulang ya?"

Uhuuuk

Greya merutuki dirinya yang mengabaikan Jemiel. Padahal sudah jelas dirinya lah yang mengajak laki-laki ini untuk pergi bersama.

Dengan tidak enak hati Greya mengelus pipi milik Jemiel yang sedikit chubby. Lantas membalas senyuman pemilik nomor dua hatinya ini. Salah tidak jika dirinya mengatakan ini? Nyatanya memang benar tak semudah itu mencintai dua hati. Disaat kamu menginginkannya, secara bersamaan juga kamu tak ingin melepas yang lain.

"Maaf, ya? Jangan pulang ih, kan kita baru lima belas menit disini."

"Ya kamu melamun. Buat apa dong aku nemenin orang ngelamun? Mending nemenin Mama."

Greya terkekeh kecil melihat reaksi laki-laki ini, lucu, mirip seperti Chandra. Ah, wajah Chandra kembali menggerayangi otaknya sekarang. Kira-kira kekasihnya itu sedang apa, ya?

"Grey?" Panggi Jemiel.

"Chandra masih belum pulang, ya?" Tanya Greya.

Jemiel sudah tahu, pasti Chandra jawabannya. Tak dipungkiri ia kesal, tapi ia juga sadar pemilik hati Greya yang pertama adalah Chandra, saudaranya. Mau dirinya memutar balikkan fakta sekali pun akan tetap itu jawabannya, hati Greya milik Chandra.

"Kemarin Papa jemput ke rumah Om Dirga. Tapi katanya mereka semua menginap dirumah Tante Aura. Itu juga karena Tante Aura yang mau."

"Eum?"

"Tante Aura itu calon istrinya Om Dirga, lagi hamil katanya, kayaknya emang faktor bayinya, ngidam mungkin."

Greya mengangguk kecil. Hilang sudah kesempatan ia bertemu dengan Chandra hari ini.

"Kamu menyesal gak, Grey?"

Gadis yang dipanggil Greya itu tersentak, dan menatap Jemiel bingung.

"Aku gak berhenti bilang ini. Hubungan kita salah, gak seharusnya aku seperti ini..."

"Kalo kamu bilang begini, itu bukannya kamu yang menyesal?" Tanya Greya memotong ucapan laki-laki dihadapannya.

"Bukan begitu..."

"Terus apa? Aku udah pernah bilang kan, Jem? Hubungan ini kita yang menyetujui bersama, konsekuensi yang akan kita dapat kita jalani bersama, tapi tiap saat kamu terus bertanya hal seperti ini. Itu artinya kamu yang ragu, kan?" Greya kesal karena hampir tiap saat, Jemiel bertanya seperti ini.

Jemiel mengusap wajahnya kasar. Hari ini adalah waktu dimana ia baru bisa bertemu dengan Greya. Dan saat bertemu, mereka justru bertengkar. Ditambah bahan pertengkaran mereka Chandra.

"Kalo kamu ragu, kita gak usah lanjut lagi, Jem." Tepat saat ucapan Greya selesai, gadis itu berlari ke arah mobilnya. Dirinya mengucap syukur karena mobil yang mereka gunakan pergi adalah mobil miliknya.

Baru saja Greya ingin masuk, Jemiel menarik kunci yang masih dipegang Greya.

"Aku yang nyetir."

FEELING BLUE (CHANDRA) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang