"Ada saatnya kita harus merelakan sesuatu bertiup sesuai arah mata angin."
.
.
.Berbicara perihal ikhlas. Dirga tak pernah ikhlas akan kepergian sosok wanita yang membuatnya paham tentang artinya berkorban. Ya, siapa lagi jika bukan Kirana. Wanita yang dipanggil Bunda oleh Jemiel. Kini ia ditampar kembali dengan fakta bahwa sosok anak yang ia sudah anggap sebagai anaknya kembali terbaring dalam kondisi tak sadar.
Tak, Dirga tak ingin membahas perihal apa saja yang telah ia korbankan untuk putra kedua dari sahabatnya. Namun apa bisa apa yang telah ia korbankan selama ini berbuah manis?
Tangan Dirga menangkup wajahnya. Hatinya tak tenang, sama seperti Jeffan, dan Sineera. Ia tak bisa berpikir jernih, bahkan untuk beranjak dari kursi ini saja ia tak bisa. Pria itu masih menangis dibalik telapak tangannya yang menutupi seluruh wajahnya. Tak peduli akan pendapat orang terhadapnya yang kini menangis sendiri, ia hanya ingin mengeluarkan semua kepedihannya saat ini.
Flashback on
"Om... om..." Panggil Chandra.
"Apa sih, Chan? Kamu bisa gak jangan diam disini? Punya rumah, kan? Sana pulang?!" Dirga benar-benar dibuat heran akan putra dari sahabatnya yang benar-benar tak bisa diam.
"Ck..."
"Kenapa berdecak? Gak suka?" Tanya Dirga dengan sedikit membentak.
"IYA?!" Jawab Chandra dengan cepat.
Dirga menghela nafas kasar. Ia mulai meletakkan tab miliknya, dan melepas kacamata miliknya. Memperhatikan dengan seksama kelakuan anak dihadapannya.
"Kamu datang ke rumah pagi-pagi tanpa saya undang, kamu pulang tanpa pamit, dan saya hanya diam. Sekarang kamu tiba-tiba datang ke kantor saya dengan mengatakan bahwa kamu anak saya?" Ucap Dirga lantang diiringi kekehan sinis diakhir kalimatnya..
"Jika boleh minta pada Tuhan, saya gak mau punya anak seperti kamu. Yang ada saya bisa naik darah setiap hari."
Chandra hanya mengangguk lucu mendengar penuturan pria dewasa dihadapannya sembari memegang satu snack besar ditangannya. Jangan lupa satu kotak susu coklat dihadapannya.
"Chandra juga awalnya mikir gak mau jadi anak Om. Tapi kalo dipikir-pikir enak kali jadi anak, Om. Hidup berdua, makan enak tiap hari..."
"Memangnya kamu dirumah gak pernah makan enak? Mamamu kan masak? Belum lagi Papamu kaya, bisa beliin kamu banyak makanan."
Lagi Chandra mengangguk lucu, namun setelahnya menggeleng ribut.
"Percuma makan enak tiap hari kalo makannya gak pernah sama Papa. Percuma Mama masak enak, dan banyak kalo Chandra makannya sering sendiri."Dirga menaikkan satu alisnya tanda bahwa ia menganggap jawaban Chandra adalah hal serius. Pria itu diam dengan manik menatap Chandra yang sibuk mengunyak kripik kesukaannya yang sengaja Dirga letakkan diruangannya karena ia tahu anak dihadapannya ini suka mendadak datang ke kantornya.
"Lebih enak makan makanan yang sederhana tapi ditemenin, Om." Lanjut Chandra.
"Makanan itu gak harus mewah. Asal enak, bergizi, dan kita makannya bersama keluarga pasti nikmat." Lanjutnya.
"Boleh tanya gak, Om?"
Dirga tak menjawab.
"Definisi rumah tuh bagi Om apa?"
"Tempat kita tinggal." Jawab Dirga cepat.
Chandra menatap Dirga kesal bahkan kini ia berhenti mengunyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING BLUE (CHANDRA) ✔
Fanfic"Kalau memang hadirku tidak membuat mereka bahagia, tolong gantikan posisiku sebentar, ya?" Start: 05 Desember 2021 End: 26 Maret 2022 author: sntsinlee 2021